SuaraJatim.id - Beberapa hari terakhir beredar informasi rencana unjuk rasa yang akan dilakukan Gerakan Selamatkan Jatim (GAS Jatim) di Pemkot Surabaya.
GAS Jatim memprotes Wali Kota Surabaya yang melarang sementara waktu warga Madura masuk ke Surabaya itu. Dalam informasi yang beredar di grup-grup WhatsApp tersebut, unjuk rasa GAS Jatim rencananya bakal digelar di depan Pemkot Surabaya dan Polda Jatim pada Jumat (18/6/2021) dan dimajukan pada Kamis (17/6/2021) besok.
Informasi yang dihimpun SuaraJatim, sekitar 30 orang mengatasnamakan sebagai GAS Jatim akan melakukan aksi unjuk rasa tersebut. Korlap aksi, Bob Hasan, saat dikonfirmasi mengatakan aksi itu terkait kebijakan Pemkot Surabaya yang melakukan penyekatan di Jembatan Suramadu.
"Jadi, penyekatan di Jembatan Suramadu kami nilai sebagai bentuk diskriminasi terhadap warga Madura. Kalau ada penyekatan untuk kebaikan Kota Surabaya, harusnya daerah lain yang berbatasan dengan Surabaya, seperti Sidoarjo dan Gresik, harus dilakukan penyekatan juga," kata Bob Hasan.
Baca Juga:Membludak! Rest Area Suramadu Sampai Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid Bangkalan
Selain itu, lanjut Bob, selama dilakukan penyekatan, Walikota Surabaya Eri Cahyadi tidak pernah melakukan koordinasi dengan kepala daerah lain.
"Dampaknya, kepala daerah lainnya banyak yang kelabakan. Makanya kami meminta agar Polda Jatim dan Pemkot Surabaya untuk melakukan evaluasi ulang kebijakan tersebut," kata Bob.
Rencananya, masih kata Bob, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian agar massa yang melakukan aksi, bisa dibolehkan mencapai 50 orang.
"Mudah-mudahan aksi kita bisa didengar. Kalau tidak didengarkan, kita akan bawa massa besar-besaran pada hari Senin. Jika perlu kita bawa ke ranah hukum," katanya.
Rencana GAS Jatim mendemo Pemkot Surabaya ini segera direspons oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Madura Asli (Madas), Sulaiman Darwis, Rabu (16/06/2021).
Baca Juga:Pemkot Akan Tracing Warga Kabur Tinggal KTP Saat Swab dan Rapid di Suramadu
"Kalau dari ininya (informasinya) besok ada yang sebenarnya pamflet itu hari Jumat. Saya mendapatkan informasi terbaru bahwa aksi besok diadakan hari Kamis. Sebenarnya hari Jumat dimajukan hari Kamis," katanya.
Sulaiman Darwis juga menyayangkan adanya aksi yang sengaja diembuskan bila penyekatan ini merupakan sebuah pilih kasih. Padahal kebijakan Pemkot Surabaya itu justru merupakan sebuah bentuk perhatian terhadap warga Madura, bukan sebaliknya.
"Kalau menurut saya dan teman-teman di sini bukan diskriminasi, tapi justru ini membantu masyarakat Madura," katanya menegaskan.
Bahkan Sulaiman Darwis juga berani mempertanggungjawabkan pernyataannya. Sebab pihaknya selaku Ormas turun langsung memantau penyekatan itu.
"Kami ormas Madas berani ngucap seperti itu memang membantu. Justru kami hadir di sini. Teman-teman tiap hari piket di sini bukan apa kami takutnya warga yang agak emosi. Kalau kita dengan persuasif dengan persaudaraan dengan bahasa Madura kita. Jadi justru kita hadir di sini membantu mencegah penyebaran virus corona baru dari bangkalan," ujarnya.
Kontributor : Dimas Angga Perkasa