Sepotong Kisah Perempuan Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19 Surabaya

Ini cerita tentang perempuan petugas pemakaman jenazah Covid-19 di Surabaya. Namanya Ari Triastutik.

Muhammad Taufiq
Senin, 19 Juli 2021 | 12:21 WIB
Sepotong Kisah Perempuan Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19 Surabaya
Petugas pemakaman jenazah Covid-19 bekerja sampai malam di Surabaya [Foto: Antara]

SuaraJatim.id - Ini cerita tentang perempuan petugas pemakaman jenazah Covid-19 di Surabaya. Namanya Ari Triastutik. Perempuan paruh baya ini saban hari berjibaku memakamkan jenazah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih.

TPU Keputih itu merupakan peristirahatan terakhir jenazah pasien Covid-19 Kota Surabaya. Ari, menjadi salah satu orang yang setiap hari bergumul dengan jenazah, terutama sejak pandemi virus asal Wuhan China ini melanda Surabaya.

Menurut Ari, semua petugas diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD), mulai pengantaran hingga proses pemakaman selesai. Para petugas ini merupakan gabungan dari beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya.

OPD yang terlibat terdiri dari jajaran Dinas Sosial (Dinsos), Petugas Pemakaman Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) hingga tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya.

Baca Juga:Kisah Ibu Rumah Tangga Relawan Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19

Minggu petang itu, seperti dikutip dari Antara, waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Namun suara Ari Triastutik masih terdengar begitu semangat di ujung telepon.

"Sebentar ya pak, ini ada telepon dari rumah sakit, biasanya mau ada jenazah untuk dimakamkan," kata Ari yang langsung menutup teleponnya.

Beberapa jam kemudian, wanita paruh baya ini telepon balik dan menjelaskan bahwa ada jenazah yang baru selesai dimakamkan. Ia bersama timnya setiap hari biasa memakamkan puluhan jenazah di TPU Keputih. Bahkan, ia mengaku bekerja di pemakaman itu seakan tanpa mengenal batas waktu.

"Normalnya saya bekerja 12 jam. Tapi meskipun malam sudah pulang ke rumah, pihak rumah sakit dan teman-teman biasanya menghubungi saya, jadinya, ya, lebih dari 24 jam, sudah tidak mengenal waktu kalau seperti ini," kata Ari.

Sebagai seorang istri di rumah, ia juga memasak untuk anak dan suaminya. Meskipun memasak, ponselnta selalu dibawa, karena sewaktu-waktu ada telepon dari pihak rumah sakit dan teman-temannya bisa langsung diangkat.

Baca Juga:Pelatih Persebaya Ungkap Perkembangan Cedera Koko Ari Araya

"Bahkan, pernah waktu saya mandi ada telepon, ya mau bagaimana lagi, itu tugas saya," ujarnya.

Awalnya, lanjut dia, saat awal-awal bertugas di pemakaman, Ari merasakan takut karena COVID-19 ini gampang menularnya. Bahkan, setiap kali mau berangkat kerja, ia mengaku masih ada kekhawatiran untuk memakamkan pasien COVID-19 ini.

Namun ia kembali sadar bahwa semua itu sudah menjadi tugasnya. Tapi mungkin itu manusiawi ada rasa takutnya, ada rasa khawatir tertular dan sebagainya, tapi akhirnya Ari tetap berangkat dan terus bertugas hingga saat ini.

Oleh karena itu, ia hanya bisa memohon kepada Allah SWT semoga selalu diberikan kesehatan, sembari terus menjalankan protokol kesehatan yang ketat dan mengkonsumsi vitamin. Bahkan, di sepertiga malam, ia membiasakan ibadah shalat malam dan memohon kesehatan kepada Allah.

Hal yang sama juga dirasakan oleh petugas pemakaman dari Relawan Surabaya Memanggil bernama Gedion Kristian Prasetya. Ia menceritakan pengalamannya saat kali pertama menjadi relawan pemakaman.

Pada saat hari pertamanya bertugas, Gedion kaget karena ia langsung menangani banyak jenazah yang meninggal akibat COVID-19, mulai dari memindahkan, memandikan hingga mengkafani jenazah.

"Saya gabung karena ingin benar-benar membantu. Kalau bukan kita siapa lagi, apalagi kalau lihat berita dan faktanya memang banyak tenaga medis yang bertumbangan," kata Gedion.

Awalnya, Gedion mengaku sempat tidak percaya dengan kondisi pandemi COVID-19. Namun ketika dirinya melihat sendiri kondisi banyaknya nakes yang terpapar dan meninggal, lingkungan sekitarnya banyak yang sakit dan menyaksikan sendiri banyak jenazah yang dimakamkan.

Akhirnya ia semakin yakin bahwa kondisi saat ini sedang butuh pertolongan dari berbagai kalangan. Di situ lah lahir inisiatifnya untuk menjadi relawan.

Ia mengaku tulus dan ikhlas sebagai relawan membantu penanganan COVID-19 di Surabaya. Sebagai relawan, ia bertugas per sift setiap harinya. Untuk jumlahnya itu per hari ada tiga sift, satu siftnya 8 jam.

Bahkan, pada momen itu, Gedion sudah membulatkan tekad untuk bekerja sosial membantu Pemkot Surabaya dalam menangani pandemi COVID-19. Apalagi saat bertugas, ia telah mengenakan APD yang lengkap agar tidak tertular. Selain APD, ia juga menjaga imunitas tubuh dan jangan kebanyakan mikir, supaya tidak tertular.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini