SuaraJatim.id - Penangkapan Muhammad Kece dan Yahya Waloni agaknya juga menarik perhatian Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin.
Ia turut mengomentari dua kasus tersebut lewat cuitan akun Twitternya. Dalam unggahannya itu, Ngabalin mengunggah foto Muhammad Kece dan Yahya Waloni.
Kemudian dua foto tersebut di beri keterangan menohok dengan menyebut sampah-sampah intoleran karena menistakan ajaran agama atau kepercayaan tertentu.
"Sampah-sampah buangan INTOLERAN, ilmu yang dangkal dan sok pintar. membodohi ruang publik ujungnya melakukan penistaan semoga menjadi pelajaran bagi yang lain agar tidak masuk kategori Warga Negara kelas kambing.#TolakIntoleransi," demikian cuitan Ngabalin, dikutip dari akun Twitternya, Minggu (29/08/2021).
Baca Juga:Keras! Ali Ngabalin Sebut Ustaz Yahya Waloni Sampah dan Sok Pintar
Dia berharap, mudah-mudahan apa yang menimpa Yahya Waloni tak terulang kembali di kemudiaan hari. Sebab, menurutnya, intoleransi sebaiknya dibuang jauh-jauh dari Indonesia.
"Semoga menjadi pelajaran bagi yang lain agar tidak masuk kategori warga negara kelas kambing, tolak intoleransi," dikutip dari hops.id, jejaring media suara.com.
Ngabalin bukan kali ini saja menulis cuitan terkait Yahya Waloni. Beberapa waktu lalu Ia juga melemparkan kegeramannya.
Sebelumnya, pembelaan terhadap Yahya Waloni justru datang dari Wasekjen DPP Persaudaraan Alumni atau PA 212 Novel Bamukmin. Novel nampak geram dengan kabar penangkapan Yahya Waloni oleh Bareskrim Polri beberapa waktu lalu.
Menurut Novel, Yahya Waloni tidak merendahkan agama apapun. Alih-alih menghina dan menista, menurutnya, penceramah berdarah Sulawesi tersebut sedang memperkuat iman para jamaahnya.
Baca Juga:MUI Tegaskan Yahya Waloni Bukan Ustaz, Ilmunya Belum Masuk Standar
Novel lantar mengkritik negara dalam kasus itu. Penangkapan tersebut merupakan bukti negara salah kaprah memahami kepercayaan.
"Salah kaprah di negeri ini tentang mana yang menista, mana menjaga akidah," kata Novel Bamukmin.
Menurut Novel, Yahya Waloni merupakan mualaf yang memahami agama sebelumnya, yakni Kristen. Kini, kata dia, Yahya sedang mendalami ajaran baru yang telah dianutnya sejak 15 tahun lalu.
Sehingga, secara keilmuwan, pemuka agama yang berusia 50 tahun tersebut dirasa cukup mumpuni untuk menyampaikan kebenaran.
"Yahya Waloni itu paham akan agama sebelumnya dan akhirnya sadar menjadi mualaf lalu melakukan pendalaman tentang Islam," katanya menegaskan.