Bangladesh Buru Pembunuh Pemimpin Rohingnya, Mohib Ullah yang Ditembak Selepas Isya

Menteri Luar Negeri Bangladesh Abdul Momen menegaskan akan memburu pembunuh Mohib Ullah, pemimpin pengungsi Rohingnya di Bangladesh.

Muhammad Taufiq
Minggu, 03 Oktober 2021 | 08:05 WIB
Bangladesh Buru Pembunuh Pemimpin Rohingnya, Mohib Ullah yang Ditembak Selepas Isya
Mohib Ullah, seorang pemimpin Muslim Rohingya dari Arakan Rohingya Society for Peace and Human Rights, berbicara lewat telepon [Foto: Dokumentasi]

SuaraJatim.id - Menteri Luar Negeri Bangladesh Abdul Momen menegaskan akan memburu pembunuh Mohib Ullah, pemimpin pengungsi Rohingnya di Bangladesh.

Abdul juga menjanjikan "tindakan tegas" terhadap para pembunuh Mohib Ullah di tengah desakan agar pemerintah menyelidiki kasus penembakan pemimpin pengungsi Rohingya itu, Sabtu (02/10/2021).

Mohib Ullah yang berusia 40-an dibunuh oleh sekelompok orang bersenjata di sebuah kamp di Cox's Bazar, Rabu 29 September 2021. Mohib merupakan pemimpin salah satu kelompok komunitas terbesar di kota itu sejak 730 ribu lebih Muslim Rohingya melarikan diri dari tindakan sewenang-wenang militer Myanmar pada Agustus 2017.

"Pemerintah akan mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang terlibat dalam pembunuhan itu. Tak seorang pun bisa menghindar," kata Menlu Bangladesh A.K. Abdul Momen.

Baca Juga:Pimpinan Tertinggi Pengungsi Rohingya Tewas Ditembak setelah Salat Isya

Dalam sebuah pernyataan Momen mengatakan bahwa kepentingan "pribadi" berada di balik pembunuhan itu karena Mohib Ullah ingin kembali ke Myanmar. "Para pembunuh Mohib Ullah harus diseret ke pengadilan," katanya menegaskan.

Pihak berwenang menangkap tiga pengungsi yang terlibat pembunuhan itu, kata Naimul Huq, petinggi kepolisian di Cox's Bazar, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Mohib Ullah dikenal sebagai seorang moderat yang mengadvokasi pengungsi Rohingya untuk kembali ke Myanmar dan memperjuangkan hak-hak mereka yang tertindas selama puluhan tahun saat mengalami persekusi di negara itu.

Dia adalah pemimpin Masyarakat Rohingya Arakan bagi Perdamaian dan Hak Asasi Manusia yang didirikan pada 2017 untuk mendokumentasikan kekejaman terhadap Rohingya di Myanmar dan memberi mereka suara dalam pembicaraan internasional tentang masa depan Rohingya.

Namun figurnya yang populer telah menjadikannya target dari kelompok garis keras yang menginginkan kematiannya. "Jika saya mati, tak masalah. Saya akan berikan nyawa saya," katanya kepada Reuters.

Baca Juga:Mohib Ullah, Pemimpin Muslim Rohingya Tewas Ditembak di Kamp Pengungsi Bangladesh

Pembunuhan itu telah memantik kesedihan dan kemarahan orang-orang di kamp itu, lokasi pengungsian terbesar di dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini