SuaraJatim.id - Potensi bencana tanah longsor mengintai Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyatakan ada puluhan desa di tujuh kecamatan tergolong rawan longsor.
Menyikapi hal itu, keberadaan alat early warning system (EWS) atau alat deteksi dini sangat dibutuhkan. Ironisnya, BPBD Magetan baru memiliki enam EWS untuk mendeteksi pergerakan tanah.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Magetan Suparman mengakui jika alat EWS masih jauh dari kata ideal. Mengingat banyaknya titik lokasi rawan bencana tanah longsor di wilayahnya,
"Jumlah tersebut masih sangat kurang, apalagi desa yang rawan longsor ada puluhan," ujarnya seperti diberitakan Antara, Rabu (15/12/2021).
Baca Juga:Warga Kulon Progo Penyebar Foto Porno Gadis Magetan Akhirnya Diamankan
Dijelaskannya, EWS untuk mendeteksi tanah bergerak terpasang di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Desa Dadi, Ngancar, dan Sarangan di Kecamatan Plaosan. Sedangkan untuk tujuh kecamatan yang tergolong rawan longsor, meliputi Plaosan, Parang, Poncol, Sidorejo, Panekan, Ngariboyo dan Magetan Kota.
"Jika dilihat dari historinya, longsor, baik dalam skala kecil maupun sedang, pernah terjadi di puluhan desa yang ada di ketujuh kecamatan tersebut. Sebagian besar wilayah yang tergolong rawan berada di barat Magetan," katanya.
Sesuai data BPBD Magetan, sepanjang Tahun 2021 sudah 51 kali terjadi bencana tanah longsor di wilayah setempat hingga akhir November.
Dijelaskannya, dari puluhan kali bencana longsor tersebut, paling banyak terjadi di Kecamatan Poncol yang mencapai 25 kali kejadian. Semua desa di Kecamatan Poncol masuk kategori rawan longsor.
Suparman menambahkan, selain enam EWS, juga ada satu EWS pendeteksi banjir. Suparman memastikan seluruh alat deteksi dini itu berfungsi dengan baik karena secara berkala dilakukan pengecekan.
Baca Juga:Perhiasan Emas 28 Gram Milik Lansia di Magetan Digasak Petugas Bansos Covid-19 Gadungan
Sumber: Antara