Wali Kota Mojokerto Protes Mekanisme Baru Pencairan Bansos Sembako: Kita Kebingungan

Imbas mekanisme baru pencairan bansos sembako, banyak e-Warong yang sudah terbentuk sebelumnya kini tak lagi berfungsi.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Jum'at, 04 Maret 2022 | 21:44 WIB
Wali Kota Mojokerto Protes Mekanisme Baru Pencairan Bansos Sembako: Kita Kebingungan
Penyerahan bantuan program sembako tunai senilai Rp 200 ribu perbulan di kantor Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. [SuaraJatim.ID/Zen Arifin]

SuaraJatim.id - Perubahan mekanisme penyaluran bantuan sosial (bansos) sembako tahun 2022 disoal Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari. Lantaran, bansos dalam bentuk sembako itu, kini diberikan dalam bentuk uang tunai.

Imbasnya, banyak e-Warong yang sudah terbentuk sebelumnya kini tak lagi berfungsi. Tak hanya persoalan perubahan regulasi itu, Wali Kota Ika juga menyayangkan tidak adanya tembusan data penerima bansos dari Kantor Pos selaku penyalur bantuan.

Dijelaskannya, tidak adanya tembusan dari Kemensos terkait data penerima bansos sembako ini menyulitkan pemerintah daerah. Lantaran Pemkot Mojokerto kesulitan dalam menyikapi protes dari warga perihal distribusi dan sasaran bansos.

"Kita hanya diberi data glondongan saja, sehingga saat ada protes dari masyarakat, kita kebingungan untuk menindaklanjutinya," kata Ika Puspitasari saat meninjau penyaluran bansos di kantor Kecamatan Prajuritkulon, Jumat (4/3/2022).

Baca Juga:Gempar Penemuan Mayat Pria Tergeletak di Kubangan Bekas Galian Batu Bata Mojokerto

Di Kota Mojokerto, terdapat 7.900 warga penerima bansos sembako dengan nominal Rp200 ribu perbulan. Maka dari itu, Walkot menyatakan akan berkirim surat ke Kantor Pos untuk meminta data penerima bansos sembako tahun 2022 ini.

"Surat secara resmi kita kirimkan hari ini. Karena kita ini kan sama-sama di posisi pemerintah, tentu bagiamana bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat itu tujuan kita," jelas Walkot yang akrab disapa Ning Ita ini.

Perubahan mekasisme penyaluran ini, kata Ning Ita juga menimbulkan keresahan di daerah. Lantaran penyaluran dilakukan di kantor kecamatan setempat. Tak pelak, hal ini menimbulkan kerumunan, padahal saat ini masih dalam pandemi Covid-19.

"Kalau sekarang ngambilnya di kantor kecamatan, sehingga jelas saja berkerumun. Karena perkecamatan memangku 6 kelurahan dengan jumlah penerima ribuan," kata Ning Ita.

Berbeda jika penyaluran dilakukan dalam bentuk sembako seperti pada tahun 2021 lalu. Lantaran di Kota Mojokerto sudah terdapat 14 e-Warong yang tersebar di 18 kelurahan.

Baca Juga:Pencabulan Gadis Polos di Bawah Umur Mojokerto, Modus Pelaku Baca Syahadat dan Minum Air Putih Sudah Sah Nikah Siri

"Sehingga penyaluran bisa dilakukan dengan mudah dan tidak menimbulkan kerumunan," tukas Ning Ita. 

Kontributor: Zen Arifin

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini