Menikmati Gurihnya Bakso Nuklir Jombang, Berdiri Sejak 1984

Buat para pemudik yang doyan berwisata kuliner silakan coba bakso nuklir Jombang Jawa Timur. Bagi warga di Kecamatan Mojowarno, bakso ini sudah tidak asing lagi.

Muhammad Taufiq
Jum'at, 06 Mei 2022 | 02:25 WIB
Menikmati Gurihnya Bakso Nuklir Jombang, Berdiri Sejak 1984
Bakso nuklir Jombang [Foto: Beritajatim]

SuaraJatim.id - Buat para pemudik yang doyan berwisata kuliner silakan coba bakso nuklir Jombang Jawa Timur. Bagi warga di Kecamatan Mojowarno, bakso ini sudah tidak asing lagi.

Kedai bakso milik Tedjo Sumarno (65) ini disebut-sebut sudah berdiri sejak 1984 silam. Selama 38 tahun berdiri, sampai sekarang cita rasa bakso nuklir ini masih tetap sama.

Lokasi persisnya di Desa Mojowarno. Bagi yang melewati kawasan itu, mampir saja, nikamti gurihnya kuah bakso yang terbuat dari bahan daging sapi berkualitas ini.

Dengan harga yang terjangkau, hanya Rp 12 ribu per mangkuk. Warung Bakso Nuklir milik Tedjo tak pernah sepi pembeli.
Hari-hari biasa, ia mampu menjual 600-800 mangkuk dengan omzet Rp8-10 juta per hari. Sedangkan di akhir pekan, penjualannya mencapai 1.200 mangkuk dengan omzet Rp17-18 juta per hari.

Baca Juga:Kecelakaan Tragis Nenek dan Cucu di Jombang, Tewas di Jalan Ditabrak Mobil Pemudik

Sabtu dan Minggu, Tedjo menyembelih satu ekor sapi setiap hari. Sedangkan hari biasa, satu ekor sapi untuk 2-3 hari. Ia bertugas mengontrol kualitas karena warung bakso tersebut saat ini dikelola sang buah hati.

Dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang bahkan disebut-sebut turut mengawasi kualitas bakso tanpa bahan pengawet tersebut.

Warung Bakso Nuklir yang terletak di selatan Rumah Sakit Kristen (RSK) Mojowarno ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Tedjo dibantu 15 karyawan dan harus mengeluarkan Rp30 juta per bulan untuk menggaji karyawannya.

Karena saat ini, ada lima cabang Bakso Nuklir. Yakni di Jalan Cukir-Mojowarno, Jalan KH Wahid Hasyim, Pasar Mojoagung, Ploso, dan Pare Kediri.

Bakso, mi, dan pangsit goreng untuk cabang tersebut disuplai dari warung pusat, sementara warung cabang hanya membuat kuah sendiri setelah mendapat pelatihan dari Tedjo.

Baca Juga:Ratusan Pemudik Gunakan Jasa Angkutan Sungai Jombang-Nganjuk Buat Hindari Kemacetan Jalan

"Saya memulai bisnis bakso sejak tahun 1984 dengan cara berkeliling ke kampung-kampung menggunakan becak," katanya menambahkan.

"Tahun 1984, sehari penghasilan saya Rp 4.000 plus modal. Satu tahun kemudian, saya menggunakan gerobak dan mangkal di pinggir jalan depan RSK Mojowarno," katanya menambahkan, Jumat (6/5/2022).

Namun tahun 1991, pemerintah melarangnya berjualan di pinggir jalan sehingga ia menyewa sebuah rumah di di sebelah selatan RSK Mojowarno.

Sementara nama Bakso Nuklir sendiri, lanjut Tedjo, berawal pada tahun 1990-1991 yang saat itu terjadi perang antara Irak dengan Kuwait yang dipermasalahkan adalah nuklir.

“Nah, karena saya ingin bakso saya dikenal banyak orang jadi bakso saya, saya namai Bakso Nuklir. Tempat ini, yang sebelumnya saya sewa akhirnya bisa terbeli dan sampai saat ini, rumah ini menjadi Warung Bakso Nuklir,” jelasnya.

Salah satu pemudik asal Mojokerto, Deniz Sudibyo (35) mengatakan, ia bersama keluarganya hendak mudik ke Kediri dan sengaja mampir untuk mencoba Bakso Nuklir.

"Sering lewat sini dan tahu kalau pagi sudah buka, jadi mampir karena kebetulan berangkat belum sarapan. Rasanya masih sama seperti dulu," katanya menegaskan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini