Peternak Magetan Menjerit, Anggap Kebijakan Penutupan Pasar Hewan Akibat Wabah PMK Ini Tidak Tepat

Kebijakan penutupan pasar ternak di sejumlah daerah disikapi berbeda oleh para peternak. Di Magetan misalnya, mereka menjerit gegara penutupan pasar.

Muhammad Taufiq
Selasa, 17 Mei 2022 | 12:09 WIB
Peternak Magetan Menjerit, Anggap Kebijakan Penutupan Pasar Hewan Akibat Wabah PMK Ini Tidak Tepat
Ilustrasi Sapi. [Antara]

SuaraJatim.id - Kebijakan penutupan pasar ternak di sejumlah daerah disikapi berbeda oleh para peternak. Di Magetan misalnya, mereka menjerit gegara penutupan pasar.

Sebelumnya, pemerintah daerah setempat melakukan penutupan pasar ternak gegara wabah virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Para peternak menilai penutupan pasar tersebut tidak tepat dan merugikan pedagang hewan atau blantik.

Mereka menggantungkan ekonomi mereka dari sektor jual beli tenak tersebut. Jika pasar ditutup, mereka tidak akan bisa mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Seperti dikeluhkan salah satu pedagang sapi, Jaelani Wahyudiarto. Ia mengaku kecewa dengan kebijakan penutupan pasar hewan. Pasalnya, hanya dengan memastikan kesehatan hewan ternak, seharusnya pasar masih bisa dibuka.

Baca Juga:Antisipasi Virus PMK, Ternak dari Luar Daerah Disekat di Perbatasan Masuk Ponorogo

Karena, sejatinya para pedagang tak akan mungkin membawa ternak yang sakit untuk dijual. Toh, jika dari hasil pemeriksaan petugas kesehatan hewan menyatakan tidak sehat maka ternak harus dibawa pulang atau yidak boleh masuk pasar.

"Dengan penutupan pasar hewan, rekan-rekan dan juga saya sendiri nelangsa. Karena kami sudah nyaris puasa selama dua tahun karena pandemi. Saat ini menjelang Idul Adha, pasar pasti menggeliat tapi ini malah ditutup. Kami kecewa," katanya seperti dikutip dari beritajatim.com, jejaring media suara.com, Senin (16/5/2022).

Dia mengungkapkan memang para pedagang juga waspada dengan PMK. Namun, dia menjamin betul kalau ternak yang sakit atau memiliki gejala mirip PMK pasti taka akan dibawa ke pasar hewan. Jadi, dia meminta agar penutupan pasar hewan dikaji lagi.

"Kami ini masih memiliki banyak angsuran. Mau bagaimana lagi kami memutar uang kalau saat ini masih ditutup lagi. Kami harap suara kami didengar oleh pemerintah. Saya kira penyakit ini mudah dideteksi, bisa diobati, sehingga dengan lockdown kandang saja cukup," katanya.

Jaelani menyebut kalau saat ini para pedagang kecil hanya bisa mengandalkan pendapatan dari oenjualan sapi. Bagi pedagang besar tentu tak akan mempermasalahkan hal tersebyt karena sudah besar. Namun, yang jelas jika dinas terkait mau berusaha mengecek kesehatan sebelum ternak masuk ke pasar hewan itu sudah cukup membantu dan tak mematikan ekonomi para pedagang.

Baca Juga:Pemprov Babel Nyatakan Sapi Potong asal Lampung Aman dari PMK

Dia mengharap pemerintah memahami keluhan para pedagang sapi. Meski di tengah wabah, pemerintah harus mengerti kalau masih banyak ternak yang sehat dan masih bisa diperjual belikan di pasar hewan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini