Kabar Prostitusi Dolly Balik Lagi, Pemkot Surabaya Tegaskan Hanya Sebatas Rumor

Ribut-ribut soal kabar kalau prostitusi di Dolly kembali lagi mencuat beberapa hari terakhir. Di sana dikabarkan kembali menjadi tempat prostitusi terselubung.

Muhammad Taufiq
Minggu, 10 Juli 2022 | 13:15 WIB
Kabar Prostitusi Dolly Balik Lagi, Pemkot Surabaya Tegaskan Hanya Sebatas Rumor
Kawasan Dolly di daerah Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya [Foto: Dokumentasi]

SuaraJatim.id - Ribut-ribut soal kabar kalau prostitusi di Dolly kembali lagi mencuat beberapa hari terakhir. Di sana dikabarkan kembali menjadi tempat prostitusi terselubung.

Sebelumnya, pada 2014 silam, lokalisasi Dolly di Jalan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, itu telah ditutup dan telah menjelma menjadi kawasan perdagangan serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Dengan begitu stigma buruk kawasan itu pelan-pelan berubah. Meski resmi telah ditutup sewindu silam, Pemkot Surabaya tak melepas begitu saja.

Pengawasan untuk mencegah adanya praktik-praktik prostitusi terselubung pun rutin dilakukan. Tentunya pengawasan ini dengan melibatkan tiga pilar Kecamatan Sawahan yang terdiri dari jajaran Satpol PP, TNI dan Polri.

Baca Juga:Ini Resep Membuat Sate Klopo, Olahan Daging Khas Jawa Timur

Terkait dengan isu kalau Dolly kembali jadi tempat prostitusi, Camat Sawahan M Yunus memastikan eks lokalisasi Dolly sudah ditutup permanen. Secara resmi, kawasan yang dulu identik dengan pusat 'kongkow' pria hidung belang ditutup Pemkot Surabaya pada Rabu, 18 Juni 2014.

"Saya pastikan bahwa Dolly dibuka kembali tidak ada. Itu hanya sebatas rumor, ternyata setelah dicek di lapangan ada yang mau coba-coba dengan praktik-praktik terselubung. Artinya, orang lewat diawe-awe (dipanggil) kemudian ditunjukan gambar (perempuan)," kata Yunus, Minggu (10/7/2022).

Pemeran karakter "New Man - Protokol Kesehatan" itu mengakui, selama ini jajarannya rutin melakukan patroli tiga pilar di lapangan. Patroli pengawasan ini diikuti jajaran Satpol PP, Kepolisian dan TNI setempat. Itu untuk memastikan tidak adanya praktik-praktik terlarang seperti prostitusi.

"Selama ini penanganan kami ini kan patroli, teman-teman Satpol PP satu jam - setengah jam di situ, kemudian geser. Ketika anggota atau pun saya di lapangan buyar (selesai), tidak ada kegiatan (prostitusi) itu," tegas Yunus.

Akan tetapi, Yunus mengakui, ada oknum yang ingin memanfaatkan waktu lengahnya petugas. Lebih hematnya, oknum itu diduga menawarkan praktik prostitusi terselubung saat petugas lengah.

Baca Juga:Terpopuler: Debt Collector Dikeroyok Warga, Daftar Tunggu Haji hingga 26 Tahun

Tak kurang akal, Camat Surabaya yang identik dengan gaya rambut plontos lantas mengambil tindakan pengamanan dua titik. Malam hingga subuh, petugas dibagi untuk PAM di Jalan Putat Jaya Lebar B serta pertigaan Jalan Kupang Timur.

"Saya ambil tindakan dua titik. Saya amankan malam sampai pagi subuh petugas PAM di situ. Sekarang kekuatan Satpol PP kami bisa 24 jam, itu terbagi tiga shift," jelas Yunus.

Beberapa tahun lalu, kata Yunus, sejumlah oknum pernah ditemukan sempat bermain praktik prostitusi terselubung di eks lokalisasi Dolly. Temuan itu terjadi pada sekitaran tahun 2016-2017. Namun naas, aksi terselubung mereka terendus aparat setempat. Alhasil, sejumlah oknum itu tertangkap dan dijatuhi hukuman pidana.

"Sudah pernah ada 10 orang di situ di lokasi yang sama. Kurang lebih 10 orang yang pernah ditangkap sampai ke vonis hukuman. Tahun 2016, 2017," ungkap dia.

Rumor adanya praktik prostitusi terselubung di eks lokalisasi Dolly mendapat tanggapan warga di sana. Satu di antaranya adalah Ila. Perempuan yang sehari-harinya berjualan sate di kawasan Putat Jaya berharap, tidak ada yang membuat rumor eks lokalisasi Dolly kembali dibuka.

"Jangan ada yang ngasih rumor-rumor seperti itu. Kita itu sudah mau berusaha menjadi orang yang baik. Jadi, jangan sampai, cap (stigma) kita yang dulu (negatif) seperti itu dikeluarkan lagi," kata Ila.

Saat malam, kata Ila, sekarang ini kawasan Putat Jaya situasinya normal seperti kampung pada umumnya. Banyak orang berdagang dan mayoritas dari mereka merupakan pedagang cafe atau warung kopi (warkop). "Yang banyak itu ya, cafe - warkop," tutup Ila. ANTARA

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini