Sri Langka Punya Presiden Baru, Disumpah Saat Krisis Ekonomi Kian Memburuk

Sri Langka memang mengalami krisis yang kian memburuk. Demonstrasi gede-gedean sempat digelar warganya hingga mambuat Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur.

Muhammad Taufiq
Kamis, 21 Juli 2022 | 16:55 WIB
Sri Langka Punya Presiden Baru, Disumpah Saat Krisis Ekonomi Kian Memburuk
Presiden Wickremesinghe [Foto: Antara]

SuaraJatim.id - Sri Langka memang mengalami krisis yang kian memburuk. Demonstrasi gede-gedean sempat digelar warganya hingga mambuat Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur.

Selang beberapa hari setelah Rajapaksa mundur, kini Sri Langka memiliki presiden baru. Politisi veteran Ranil Wickremesinghe dilantik sebagai presiden baru Sri Lanka pada Kamis (21/07/2022).

Pelantikan Wickremesinghe ini dilakukan sehari setelah memenangi pemungutan suara di parlemen. Wickremesinghe mengajak rakyat negara kepulauan itu untuk bersama-sama mencari jalan keluar dari krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa.

Perdana menteri enam kali itu menggantikan Gotabaya Rajapaksa yang melarikan diri dari Sri Lanka dan mengundurkan diri dari jabatannya pekan lalu setelah protes massal atas penanganan terhadap ekonomi.

Baca Juga:Sri Lanka Kembali Punya Presiden

Upacara pengambilan sumpah dilakukan di parlemen, dan dipimpin oleh hakim agung negara itu.

Negara berpenduduk 22 juta orang telah lumpuh oleh krisis keuangan yang parah, dengan kekurangan mata uang asing yang menyebabkan kekurangan kebutuhan pokok termasuk bahan bakar, makanan dan obat-obatan.

Sri Lanka menerima pasokan solar baru selama akhir pekan, dan distributor utama yang dikelola negara, Ceylon Petroleum Corporation, akan memulai kembali penjualan di bawah sistem penjatahan baru mulai Kamis dan seterusnya, kata kementerian daya dan energi.

Gerakan protes yang mendorong Rajapaksa-- pejabat presiden pertama Sri Lanka pertama yang lengser-- sebagian besar tetap bungkam, meskipun Wickremesinghe tidak populer di antara beberapa kalangan penduduk.

Hanya segelintir orang yang hadir di luar sekretariat presiden pada Kamis. Awal bulan ini, bangunan era kolonial yang menjadi kantor presiden itu bersama rumah dinas presiden dan perdana menteri diserbu oleh lautan pengunjuk rasa.

Baca Juga:Negara Masih Kacau, Presiden Sementara Sri Lanka Umumkan Kondisi Darurat

Tetapi beberapa orang telah bersumpah untuk berjuang melawan Wickremesinghe.

"Kami tidak akan menyerah karena apa yang dibutuhkan negara ini adalah perubahan sistem secara total," kata Pratibha Fernando, seorang pengunjuk rasa di sekretariat itu. "Kami ingin menyingkirkan politisi korup ini, jadi itulah yang tengah kami lakukan."

Beberapa jam setelah memenangi pemungutan suara parlemen pada Rabu, Wickremesinghe tampak menjauhkan diri dari keluarga Rajapaksa yang berkuasa yang telah mendominasi politik di Sri Lanka selama beberapa dekade.

"Saya bukan teman keluarga Rajapaksa. Saya adalah teman rakyat," katanya kepada wartawan setelah berdoa di sebuah kuil Buddha di ibu kota Kolombo, kota perdagangan.

Wickremesinghe, yang sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri dan menteri keuangan di bawah Rajapaksa, telah berunding dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket talangan senilai hingga 3 miliar dolar AS (Rp45 triliun).

Sri Lanka juga mencari bantuan dari India, China yang merupakan negara tetangga dan mitra internasional lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini