Demo Kenaikan Harga BBM Subsidi di Surabaya Diwarnai Bentrokan

Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) demo lagi di Surabaya. Mereka menolak kenaikan harga BBM bersubsidi.

Muhammad Taufiq
Selasa, 06 September 2022 | 15:13 WIB
Demo Kenaikan Harga BBM Subsidi di Surabaya Diwarnai Bentrokan
Ricuh demo kenaikan harga BBM di Surabaya [SuaraJatim/Yuliharto Simon]

SuaraJatim.id - Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) demo lagi di Surabaya. Mereka menolak kenaikan harga BBM bersubsidi.

Rencananya akan dilaksanakan di kantor Gubernur, Jalan Pahlawan. Aksi protes belum dimulai, massa aksi sudah bentrok dengan polisi.

Aksi saling dorong pun tak terhindarkan. Itu terjadi ketika masa aksi melintas di depan Polda Jatim, Jalan Ahmad Yani.

"Tadi disuruh geser. Segera berangkat. Kita gak mau, karena masih menunggu massa yang datang dari luar kota,” kaya Wakil Sekertaris FSPMI Jatim, Nuruddin Hidayat, Selasa (6/9/2022).

Baca Juga:4 Fakta Demo Protes Kenaikan Harga BBM, Tersebar di 9 Titik di Jakarta

Awalnya, mereka sempat berkumpul di depan Mal Citi of Tommorow (Cito), bundaran Waru. Setelah itu, bergerak ke lokasi demo. Mereka mulai berkumpul sekitar pukul 11.00 Wib.

Rencananya, jumlah massa sebanyak seribu orang. Mereka berasal dari seluruh daerah di Jawa Timur.

"Saat di Cito sudah sempat bentrok. Kami disuruh jalan. Tapi kami tidak mau. Karena harus menunggu rekan-rekan kami yang masih dalam perjalanan," tambahnya.

Setelah perjalanan mereka lanjutkan. Kini, mereka kembali berhenti di depan Kebun Binatang Surabaya (KBS).

Diketahui, ribuan buruh jatim menggelar aksi demonstrasi lantaran menolak keputusan pemerintah yang menaikan harga BBM.

Baca Juga:Perwakilan Pendemo Tolak Kenaikan Harga BBM Bisa Bertemu Pihak Istana, Jokowi Ada di Bogor

"Ada sekitar 120 juta pengguna motor dan angkutan umum yang merupakan kelas menengah ke bawah. Tentunya sangat terbebani dengan kenaikan harga BBM bersubsidi," katanya.

Pun kenaikan harga BBM, dapat memicu terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. Karena biaya produksi yang terus bertambah. Terutama untuk membeli bahan bakar.

"Sehingga dengan pertimbangan efisiensi, pastinya akan mengurangi jumlah pekerja," ungkapnya.

Kontributor: Yuliharto Simon

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini