SuaraJatim.id - Pemerintah otoritas China memilih membatalkan jadwal penerbangan pesawat menyusul dengan kenaikan angka kasus Covid-19 yang meningkat pesat.
Dikutip dari Antara, Kamis (10/11/2022), Manajemen Bandar Udara Internasional Baiyun, Guangzhou mencatat ada sekitar 1.099 jadwal penerbangan yang dibatalkan. Artinya sebanyak 84 persen jadwal penerbangan batal.
Dari catatan pemerintah setempat, kasus harian Covid-19 sendiri sudah menyentuh 8 ribu pasien. Provinsi Guangdong yang beribu kota di Guangzhou adalah yang paling parah terkena serangan gelombang COVID-19 terkini dengan 2.611 kasus positif lokal.
Bandara Internasional Ibu Kota membatalkan 737 jadwal penerbangan (78 persen) dan Bandara Internasional Daxing, keduanya di Beijing, membatalkan 739 penerbangan (83 persen). Sebanyak 628 penerbangan (97 persen) di Bandara Internasional Xinzheng, Zhengzhou, juga dibatalkan.
Baca Juga:Petugas Bandara AS Temukan Pistol yang Disembunyikan di Dalam Ayam Mentah
Sementara di Bandara Internasional Jiangbei, Chongqing, terdapat 662 penerbangan (68 persen) yang batal.
Lalu di Bandara Internasional Diwopu, Urumqi, Flight Master mencatat 482 penerbangan (98 persen) yang dibatalkan dan di Bandara Internasional Baita, Hohhot, ada 267 penerbangan (96 persen) batal.
Sejak terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di berbagai daerah di China, otoritas Kota Beijing memperketat upaya pencegahan dan pengendalian pandemi, termasuk terhadap kedatangan dari luar provinsi.
"Karena situasi epidemi parah baru-baru ini, maka tes PCR dianjurkan dilakukan setiap hari mulai tanggal 7 hingga 11 November," demikian pesan singkat dari otoritas kesehatan Beijing.
Untuk diketahui, kemunculan kasus Covid-19 pertama kali di Wuhan, China. Sebaran virus tersebut terjadi sejak tahun 2019.
Baca Juga:Pemprov Sulsel Kembali Usulkan Kelanjutan Pembangunan Terminal Penumpang Bandara Hasanuddin
Daya sebar virus yang berasal dari hewan kelelawar itu cepat merambat hingga ke Indonesia. Banyak sektor ekonomi bahkan pendidikan terimbas dari ganasnya virus tersebut. Tak hanya itu, nyawa belasan juta manusia melayang akibat virus itu.