Banyuwangi Setelah 3 Hari Terendam Banjir, Sampah dan Alih Fungsi Lahan Kian Memperparah

Warga Banyuwangi yang tinggal di bantaran Sungai Kalilo harus menderita akibat rumahnya terendam banjir selama tiga hari berturut-turut, sejak Jumat hingga Minggu (10-12/02/20

Muhammad Taufiq
Selasa, 14 Februari 2023 | 09:17 WIB
Banyuwangi Setelah 3 Hari Terendam Banjir, Sampah dan Alih Fungsi Lahan Kian Memperparah
Rumah dua lantai warga Banyuwangi ambruk [Foto: Suaraindonesia]

Di wilayah itu tanaman tinggi dan bertekstur keras diganti dengan tanaman semusim. Padahal, kata dia, akar-akar pohon tinggi bertekstur keras berperan besar dalam menjaga kekuatan tanah.

Sementara daunnya berfungsi menjadi kanopi. Memecah bulir-bulir hujan menjadi partikel lebih kecil. Kemudian mempermudah laju serapan air ke tanah.

Selain itu, pendirian bangunan secara masif adalah penyebabnya. Sebagai daerah pariwisata, Banyuwangi tentu menjadi buruan para investor. Hal ini karena daerah ini memiliki lokasi strategis untuk pengembangan usaha di bidang industri pariwisata.

Apalagi wisata berbasis semi alam saat ini menjadi trend yang paling banyak diminati. Berbicara wisata alam Banyuwangi adalah gudangnya. Bahkan kini, kafe, resto ataupun penginapan yang menjual latar pemandangan alam menjamur di Bumi Blambangan ini.

Baca Juga:Banjir Parah Terjang Banyuwangi dan Bondowoso, Ratusan Orang Terdampak

"Terbukti banyak sekali, cafe, resto dan homestay yang mendirikan bangunan di bantaran sungai dan di lereng terjal. Dapat dilihat di daerah Licin, Glagah, Kemiren yang notabene berdekatan dengan sungai," tegasnya.

Menjadi daya tarik yang menguntungkan memang akan tetapi justru dari situlah masalah muncul. Pengabaian terhadap lingkungan dalam perencanaan pembangunan yang justru berimbas buruk bagi kelangsungan hidup masyarakat.

Harusnya, lanjut Abdillah, yang perlu diperhatikan adalah dengan mengedapankan konsep Arsitektur Konservasi. Artinya adalah tetap memperhatikan kondisi alam dan lingkungannya dengan cara tak mengubah bentang alamnya.

"Silakan dibangun, akan tetapi hubungan dengan alam diperhatikan. Misal dibuat dengan konsep uumpak sehinga ada resapan air. Diterapkan proporsi 70 persen bangunan sedangkan 30 persennya adalah daerah resapan. Mempertahankan bentuk asli dan tidak mengubahnya secara ekstrim," katanya.

Selanjutnya, dengan kembali melakukan gerakan agroforestri secara masif. Caranya dengan masyarakat diedukasi dan diajak untuk kembali menanam tanaman perkebunan di pekarangan belakang rumah.

Baca Juga:Dua Hari Warga Banyuwangi Berjibaku Diterjang Banjir, Rumah Dua Lantai Sampai Ambruk

"Kopi, durian, manggis atau tanaman buah-buahan yang sifat pohonnya bisa menjadi kanopi. Hasil buahnya dapat dinikmati juga dan manfaatnya dapat meminimalisir resiko kebencanaan," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini