Medan berat gunung Everst menurut anak buah Prabowo itu ibarat berada di pilihan hidup atau mati. Namun baginya, ia sudah siap dengan resiko apapun.
"Kalau meninggal, itu risiko melaksanakan tugas, karena semboyan Kopassus, lebih baik pulang nama, daripada gagal tugas," katanya.
Setelah melewati banyak rintangan hingga sampai terpisah dari tim, Asmujiono mampu sampai puncak Everst pada 26 April 1997 waktu Nepal.
Asmujiono lantas kibarkan bendara Merah Putih dan memakai baret merah Kopassus. Tak hanya itu, meski diterjang badai ekstrem, Asmujiono masih sempat nyanyikan lagu Padamu Negeri.
Baca Juga:Beratnya Prabowo Jalani Latihan Special Forces di Fort Benning: Lari 19 KM hingga Pindahkan Mobil
Ia sebenarnya ingin menyanyikan lagu Indonesia Raya, namun cuaca saat itu sangat tidak memungkinkan.
"Perasaan saat mengibarkan Merah Putih, itu antara hidup dan mati, haru dan sedih. Namun saya merasa bangga. Terharu dan bangga, sebagai anak yatim piatu, saya bisa mengibarkan Merah Putih di puncak tertinggi dunia, dan mewujudkan keinginan Indonesia," kenang pria yang pensiun dengan pangkat Serka tersebut.
Prabowo sendiri masih ingat dengan anak buahnya yang kibarkan Merah Putih dan teriakkan takbir di puncak Everest.
“Namanya Asmujiono, hampir enggak masuk Kopassus karena dia tingginya hanya 165, untuk masuk Kopassus waktu 170. Tapi dia kuatnya bukan main, akhirnya saya kasih dispenasi, masuk,” akta Prabowo saat memberikan orasi ilmiah di hUniversitas Pancasila seperti dilihat dari Youtube Universitas Pancasila.
“Akhirnya dia yang mengangkat Merah Putih sampai puncak Everest, dunia. Jadi kita mampu mengimbangi negara lain kalau ada will,” tambah Prabowo.