- Limbah MBG peluang untuk berinovasi, berwirausaha, dan berkontribusi bagi lingkungan
- Eco enzyme bukan sekadar pembersih, tapi bisa dibuat disinfektan, sabun, pupuk cair, hingga pakan magot
- Dapur umum memberikan sisa makanan secara cuma-cuma untuk pakan ternak
SuaraJatim.id - Di balik manfaat utama untuk memenuhi kebutuhan gizi, program makan bergizi gratis (MBG) juga menyimpan potensi berkah dari limbah makanan yang mungkin banyak orang hanya melihatnya sekadar sampah yang harus dibuang.
Mata jeli kawula muda di Lumajang seperti Asriafi Ath Thoriq melihat limbah MBG itu sebagai peluang untuk berinovasi, berwirausaha, dan berkontribusi bagi lingkungan sekitar.
Program MBG sendiri sudah dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur dengan mengoperasikan dua dapur umum di Kecamatan Pasrujambe dan Klakah dengan target 3.750 penerima manfaat.
Bupati Lumajang Indah Amperawati mengatakan bahwa MBG adalah investasi jangka panjang yang dampaknya jauh melebihi sekadar pemberian makan siang.
Baca Juga:Trauma Keracunan! Sampang Perketat Program Makan Bergizi Gratis
Karena anak-anak desa kini punya akses yang sama terhadap gizi seimbang, sehingga mereka tidak lagi tertinggal dari anak-anak kota.
"Program MBG tidak hanya mengisi perut anak-anak, tetapi juga mengajarkan disiplin, membentuk pola makan sehat, serta memberikan ruang bagi keluarga untuk lebih ringan dalam membiayai kebutuhan sehari-hari," katanya, Minggu 5 Oktober 2025.
Manfaat program MBG itu tidak berhenti di ruang kelas karena di balik setiap menu makan bergizi, ada tangan-tangan pekerja lokal yang terlibat.
Setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) membutuhkan sedikitnya 50 tenaga kerja, mulai dari ahli gizi, juru masak, sopir hingga tenaga kebersihan.
Dalam skala lebih luas, MBG menjadi pilar ketahanan pangan nasional.
Baca Juga:SPPG Masih Minim, DPRD Jatim Berharap Pemerataan Segera Direalisasikan
Dengan memanfaatkan produk lokal, desa-desa di Lumajang tidak hanya berperan sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai produsen yang menopang kebutuhan pangan generasi bangsa yang menjadi investasi jangka panjang.
Sementara itu, di mata Asriafi, limbah MBG dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk bermanfaat dan bernilai, salah satunya adalah eco enzyme, produk pembersih ramah lingkungan yang bermanfaat bagi rumah tangga dan pertanian.
Eco enzyme bukan sekadar pembersih, tapi bisa dibuat disinfektan, sabun, pupuk cair, hingga pakan magot untuk pertanian, sehingga limbah MBG yang semula terbuang justru bisa bernilai ekonomi dan menjadi sumber penghasilan baru bagi pemuda tersebut.
Asriafi menilai bahwa kunci keberhasilan mengolah limbah sampah itu terletak pada kesadaran dan kreativitas pemuda.
"Limbah makanan seharusnya dipandang sebagai modal, bukan masalah. Dengan inovasi dan bimbingan, maka bisa menciptakan produk ramah lingkungan sekaligus meningkatkan ekonomi lokal," kata sang penerima kalpataru dan lencana inovasi desa di Kementerian Desa itu.
Kegiatan mengolah limbah MBG itu juga memiliki nilai edukatif, sehingga para pemuda belajar bertanggung jawab terhadap lingkungan, mengelola sumber daya, dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan sejak dini.