-
143 ternak warga Lumajang mati akibat awan panas Semeru.
-
DKPP Lumajang masih mendata ternak terdampak erupsi Semeru terbaru.
-
Warga titipkan ternak di kandang terpadu huntap penyintas Semeru.
SuaraJatim.id - Sebanyak 143 ternak milik warga di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, ditemukan mati usai tersapu awan panas Gunung Semeru yang terjadi pada Rabu (19/11/2025) sore.
Peristiwa matinya ratusan hewan ternak ini terjadi di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Candipuro, wilayah yang berada tepat di zona rawan bencana Gunung Semeru.
Data awal menunjukkan bahwa gelombang awan panas dari erupsi Semeru menyapu permukiman dan area peternakan warga yang berada dekat lereng gunung.
Banyak hewan ternak tidak sempat dievakuasi karena intensitas awan panas meningkat secara tiba-tiba. Kondisi ini membuat tim peternakan setempat harus bergerak cepat melakukan pendataan dan penanganan.
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Lumajang, Endra Novianto, menjelaskan bahwa sebagian besar ternak yang mati merupakan kambing dan domba.
Ia menegaskan bahwa keseluruhan data sementara ini diperoleh dari laporan langsung di lapangan pasca erupsi Semeru.
“Untuk ternak yang mati kemungkinan ada 139 kambing dan domba, 4 ekor sapi. Ini statusnya bisa dikatakan mati. Ada juga yang hilang karena tersapu bencana,” ujar Endra, dikutip dari Beritajatim, Kamis (20/11/2025).
Dari hasil pemeriksaan di lokasi, beberapa ternak ditemukan dalam kondisi terpanggang awan panas, sementara sebagian lainnya mati tertimpa material vulkanik yang terbawa dari puncak Gunung Semeru.
Tim DKPP Lumajang masih terus melakukan pendataan lanjutan, termasuk ternak-ternak yang berhasil dievakuasi namun belum teridentifikasi jumlah pastinya.
“Jumlah yang sudah dievakuasi masih belum diketahui karena masih pendataan,” tambah Endra.
Hingga kini, pemerintah daerah belum mendirikan selter khusus untuk hewan ternak di kawasan terdampak. Meski demikian, warga yang ingin mengamankan hewan peliharaannya dapat menitipkan ternak di kandang terpadu yang berada di hunian tetap (Huntap) penyintas erupsi.
“Kalau selter sementara tidak kita dirikan saat ini, tapi bagi warga yang mau mengamankan ternaknya bisa menitipkan di kandang terpadu huntap. Di sana sudah ada 17 ternak,” ujar Endra.