Warga Lereng Gunung Semeru Enggan Tempati Huntap, Ini Alasannya

Sejumlah warga di lereng Gunung Semeru memilih kembali ke rumah lama mereka meski berada di kawasan rawan bencana.

Riki Chandra
Jum'at, 21 November 2025 | 16:44 WIB
Warga Lereng Gunung Semeru Enggan Tempati Huntap, Ini Alasannya
Warga melintasi kondisi mushalla yang terdampak erupsi Gunung Semeru di Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (20/11/2025). [ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/nz]
Baca 10 detik
  •  Warga kembali ke rumah lama demi akses pekerjaan dekat.

  • Huntap jauh dinilai tak mendukung kebutuhan ekonomi harian warga.

  • Aktivitas Semeru meningkat, warga tetap diminta selalu waspada.

SuaraJatim.id - Sejumlah warga di lereng Gunung Semeru memilih kembali ke rumah lama mereka meski berada di kawasan rawan bencana.

Keputusan itu diambil karena erupsi Gunung Semeru dianggap tidak lebih mengancam dibanding kesulitan ekonomi bila mereka harus tinggal di hunian tetap (huntap) yang disediakan pemerintah.

Warga menilai jarak hunian tetap itu terlalu jauh dari sumber penghidupan, sehingga sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kondisi tersebut membuat sebagian keluarga enggan menetap di tempat relokasi, meski risiko tinggal di zona berbahaya cukup tinggi.

Bagi warga, akses terhadap ladang dan pekerjaan harian lebih penting, terlebih setelah erupsi Gunung Semeru kembali menunjukkan peningkatan aktivitas.

Ahmadi (47), warga Dusun Sumbersari, Supiturang, menjadi salah satu penduduk yang memilih bertahan. Ia menyebut huntap di Kecamatan Candipuro tidak sesuai dengan kebutuhan pekerja serabutan seperti dirinya.

Menurutnya, jarak menuju lokasi relokasi sekitar 12 kilometer membuat peluang kerja semakin sulit diakses. Situasi ini, bagi Ahmadi, justru berpotensi menurunkan pendapatan keluarga setelah erupsi Gunung Semeru memaksa mereka berkali-kali mengungsi.

“Lokasinya terlalu jauh dari tempat kami mencari nafkah,” ujarnya, dikutip dari BeritaJatim, Jumat (21/11/2025).

Ia menambahkan bahwa sebagian besar warga Supiturang bekerja di sektor pertanian dan sangat bergantung pada akses dekat dengan ladang.

“Kalau pindah ke sana, kami khawatir tidak bisa bekerja seperti biasa,” katanya.

Meski rumahnya telah hancur diterjang Awan Panas Guguran, Ahmadi merasa tetap lebih aman secara ekonomi bila tinggal di Supiturang.

Ia mengakui risiko besar masih mengintai, namun dirinya tidak memiliki pilihan lain selain mempertahankan ruang hidup yang dekat dengan pekerjaan harian.

Ia dan keluarganya kini bertahan sementara di posko pengungsian sambil menyelamatkan barang yang masih bisa digunakan.

Sebagian warga berharap pemerintah meninjau ulang lokasi huntap atau menawarkan alternatif relokasi yang lebih dekat dengan ladang. Menurut mereka, relokasi harus mempertimbangkan kesejahteraan jangka panjang, bukan sekadar keamanan fisik.

Situasi ini kembali menjadi sorotan publik mengingat erupsi Gunung Semeru masih menunjukkan peningkatan dan warga di zona merah diminta tetap waspada. Aparat terus melakukan pemantauan untuk memastikan evakuasi berjalan aman dan tertib.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak