Scroll untuk membaca artikel
Reky Kalumata
Senin, 06 Mei 2019 | 07:17 WIB
Dibyo bersama istri memilih bertahan di rumah yang terendam banjir, Minggu (5/5/2019). (Suara.com/Tofan Kumara)

SuaraJatim.id - Warga desa Tambak Beras kecamatan Cerme, kabupaten Gresik, Jawa Timur,  harus menjalani bulan Ramadan tahun 1440 H dengan suasana yang memprihatinkan akibat banjir luapan Kali Lamong yang sudah lima hari merendam desa mereka.

Bagi warga yang masih bertahan tinggal di rumahnya yang terendam lebih dari satu meter, untuk bisa menjalani ibadah puasa pertama terpaksa harus menunggu bantuan makan sahur dari dapur umum yang ada di desa Morowudi.

Ada juga yang menunggu pasokan makanan dari sanak saudara atau keluarga yang mengungsi ke desa tetangga bahkan ada yang memasak sendiri dengan makanan yang ada di rumah.

Seperti yang dikatakan Wawan Wahyudi (25), malam ini dirinya harus berjalan sepanjang enam ratus meter, Minggu (5/5/2019) keluar desa menerjang banjir untuk membeli bekal makanan santap sahur bersama orang tuanya.

Baca Juga: Puasa Hari Pertama, Jawa Timur Bakal Diguyur Hujan Disertai Petir

Wawan Wahyudi harus berjalan sepanjang enam ratus meter menerjang banjir untuk membeli bekal makan sahur bersama keluarga, Minggu (5/5/2019). (Suara.com/Tofan Kumara)

"Iya mas, saya baru datang dari membeli makanan untuk sahur hari pertama puasa bersama orang tua. Tidak apa-apa meski harus berjalan jauh di tengah banjir," kata Wawan.

Lain halnya dengan Dibyo (55), untuk persiapan makan sahur, keluarganya akan menunggu bantuan dari dapur umum jika nanti datang membagikan makanan. Tapi, jika tidak ada bantuan makanan, keluarganya akan memasak mie bungkus yang sudah disiapkan dirumah.

"Kita sekeluarga sahur nanti menunggu bantuan dari dapur umum. tapi jika tidak relawan yang datang, kita akan memasak mie instan atau makan seadanya asal bisa sahur untuk puasa," terang Dibyo.

Lebih lanjut, Dibyo berharap setelah banjir surut, tanggul yang ada di sisi timur desanya segera diperbaiki oleh pemerintah dan dinas yang terkait agar tidak terjadi lagi banjir.

"Banjir tahun ini sangat parah, tidak seperti lima tahun lalu. Saya berharap pemerintah bisa memperbaiki tanggul yang jebol lebih kuat lagi. Itu harapan saya," jelasnya.

Baca Juga: Ketika Banjir Tak Surutkan Langkah Warga Tambak Beras Jalani Salat Tarawih

Beda dengan Rama (26), keluarganya semua mengungsi ke rumah orang tua istrinya yang ada di desa Cerme yang tidak tergenang luapan air Kali Lamong. Hanya saja, selama banjir sesekali dirinya melihat ke rumah untuk memastikan barang-barang semua dalam kondisi aman.

Load More