Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Senin, 23 Desember 2019 | 15:05 WIB
Bantaran Sungai Karangpilang, Surabaya, Jawa Timur, yang tercemar limbah. [Suara.com/Arry Saputra]

SuaraJatim.id - Pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik yang menyebabkan ikan mati massal di Sungai Brantas, Surabaya, Jawa Timur, memberikan pengalaman yang cukup tak mengenakkan bagi warga sekitar.

Berdasarkan data yang terhimpun oleh kontributor Suara.com, limbah pabrik yang dibuang ke sungai mengakibatkan ikan mati massal ini biasa terjadi di Sungai Karangpilang Surabaya.

Kontributor Suara.com mencoba mendatangi lokasi untuk mendapatkan bukti-bukti dari warga tentang persoalan tersebut.

Saat tiba di lokasi, banyak warga yang menyampaikan memang benar sering terjadi ikan mati massal di sungai yang berada di belakang rumah mereka.

Baca Juga: Air Bengawan Solo Menghitam, DLH Lamongan Sebut Pencemaran Kategori Sedang

Salah satu warga bernama Muri (60) menceritakan, selama tujuh tahun tinggal di bantaran sungai, kerap kali menemukan ikan mati massal. Ia mengakui ikan yang mati itu karena keracunan limbah pabrik yang sembarangan dibuang ke sungai.

"Iya betul di sini itu banyak ikan mati, ya dari limbah-limbah pabrik. Biasanya di sini kena limbah pabrik miwon, karbit dan pabrik minyak. Pokoknya yang lebih parah itu pabrik miwon, kalu sudah buang limbah banyak ikan yang mati," ucap Muri.

Muri mengatakan, peristiwa ikan mati massal tersebut sudah ada sejak tahun 2005. Namun, warga sekitar tak menghiraukan. Justru mereka berbondong-bondong untuk mengumpulkan ikan yang mati.

"Macam-macam ikan yang mati di sini, warga itu malahan banyak yang mengambil, ada yang sampai dapat satu ember terus dibawa pulang untuk di makan," jelasnya.

Muri bersama keluarganya pernah ikut memungut ikan-ikan yang mengambang di sungai akibat terkena limbah itu untuk dimakan. Namun, justru ia mengalami keracunan ketika mengonsumsi ikan-ikan dari sungai tersebut.

Baca Juga: Sidang Putusan Pencemaran Popok Ditolak, Kuasa Hukum Nilai Hakim Tak Paham

"Sewaktu saya makan, muka saya pucat, sampai gatal-gatal di sekujur tubuh selama tiga hari," akunya.

Muri juga mengaku pernah melihat ada orang-orang yang berenang di sungai ini mengalami gatal-gatal.

Akibat kejadian itu, Muri beserta keluarganya merasa trauma dan kapok untuk mengonsumsi ikan-ikan yang mati massal di sungai belakang rumahnya tersebut.

"Sekarang sudah enggak mau karena sudah trauma, sudah kapok, takut keracunan lagi. Saya sampai muntah-muntah juga selama dua hari," ujar Saimah, istri Muri.

Tak hanya limbah pabrik, yang lebih mengerikan lagi masyarakat sekitar seringkali membuang sampah mereka dengan seenaknya ke sungai ini. Bahkan sampah popok juga sering kali terlihat hanyut di sungai hingga bekas-bekas jarum suntik juga ada.

"Biasanya itu mas, kalau malam-malam banyak yang naik motor terus langsung melempar sampah yang sudah di dalam (plastik) kresek ke sungai ini. Dulu juga ada yang buang bekas kayak dari rumah sakit, seperti jarum suntik atau tisu. Terus juga bekas-bekas pampers itu juga banyak," kata dia.

Muri berharap kepada pemerintah kota maupun provinsi untuk bisa segera menindak lanjuti permasalahan ini.

"Harapan saya, kasihsaja jaring supaya tidak ada orang yang membuang sampah sembarangan.”

Kontributor : Arry Saputra

Load More