Malam bertambah larut, pikiran Gery semakin kalut. Nah, saat itulah dia mendengar suara bangku berjatuhan di ruang kelas. Bangku-bangku itu roboh berserakan.
Dengan diliputi ketakutan, Gery pun berbegas meninggalkan ruangan karantina pada Sabtu (11/4/2020) dini hari itu. Dia mencoba mengubungi tukang kebun sekolah, tapi tak ada respons.
“Akhirnya saya meminta mertua untuk menemani. Termyata memang benar, bangku-bangku di ruang kelas itu roboh. Esok harinya saya menghubungi Pak Kepala Desa dan meminta isolasi di rumah,” kata Gery ketika ditemui di rumahnya Dusun Kopensari, Desa Rejoagung.
Di rumahnya itu Gery menceritakan secara panjang lebar mulai kedatangannya dari Italia hingga menghuni ruang karantina selama empat hari.
Dia menampik tudingan bahwa kabur dari ruang karantina. Karena saat meninggalkan ruang karantina tersebut dirinya minta izin ke pemerintah desa.
“Karena saya tidak kuat, tiap malam ada suara-suara aneh. Akhirnya saya pamit ke Pak Kades untuk isolasi di rumah. Setelah dilakukan kordinasi dengan pihak kecamatan akhirnya diizinkan. Alhamdulillah saya juga sehat. Saya negatif corona,” kata suami dari Dewi Rosa ini.
Gery mengatakan, dia sudah lima tahun bekerja di kapal wisata asal Italia. Saat virus corona merebak di Indonesia atau akhir Maret 2020, pria berkulit putih ini berada di Dubai. Oleh pihak perusahaan, para ABK (anak buah kapal) dibawa kembali ke Italia.
Di negeri Piza tersebut, Gery dkk harus menjalani karantina selama 15 hari di sebuah hotel. Pada hari terakhir kemudian dilakukan tes.
“Alhamdulillah hasilnya negatif, sehingga saya boleh pulang ke Indonesia,” kata pria kelahiran Desa Banjarsari, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang, ini.
Baca Juga: Kasus Pelecehan pada Anak selama Karantina Naik Meski Dilaporkan Turun
Kepala Desa Rejoagung Sugeng membenarkan bahwa Gery hanya menjalani isolasi di ruang SD selama empat hari. Namun demikian, isolasi dilanjutkan secara mandiri di rumah.
“Kondisinya sehat. Kita terus melakukan kordinasi dengan tim medis,” ujar Sugeng.
Sugeng juga membenarkan bahwa gedung sekolah yang digunakan untuk karantina para pemudik di Rejoagung itu banyak ‘penampakan’.
“Sebelum didirikan bangunan sekolah dasar, lahan di sini dulunya pabrik gula milik Belanda. Memang lokasinya cocok untuk uji nyali,” kata pria yang menjabat Kades selama tiga periode berjalan ini.
Berita Terkait
-
Jenazah Terlantar dalam Ambulans karena Diduga Corona, Ini Fakta-faktanya
-
Perkosa 8 Perempuan dan Anak-anak, Adi Indra Purnama Ditangkap Polisi
-
Klarifikasi Apartemen Misterius di Jogja, Ini Alasan Lobi Sepi
-
Harapan Besar Tokoh Jombang Usai Jokowi Resmi Dilantik
-
Berebut Janda, Pedagang Kopi vs Tukang Becak Duel hingga Tewas
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Dukung MotoGP Mandalika 2025, BRI: Ciptakan Peluang Ekonomi di Wilayah Sekitarnya
-
Dorong UMKM, BRI: Pemberdayaan yang Konsisten Jadi Bekal bagi Pelaku Usaha untuk Berkembang
-
Inovasi Pemuda Lumajang Ubah Limbah Makan Bergizi Gratis Jadi Produk Ramah Lingkungan
-
Prabowo Pantau Kasus Ambruknya Ponpes Al Khoziny: 36 Meninggal dan 27 Santri Masih Terjebak
-
DVI Jatim Ungkap Identitas 3 Korban Ponpes Al Khoziny: Ini Datanya!