Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Sabtu, 30 Mei 2020 | 02:45 WIB
Pedagang di Jember terpaksa jajakan dagangannya di pinggir jalan. [Berita Jatim]

Namun gara-gara penutupan pasar tradisional dilakukan tanpa sosialisasi memadai, pedagang pun mengalihkan lokasi berdagang di tepi jalan raya. Slamet mengatakan, hal ini memunculkan kerawanan lalu lintas.

“Kami tidak pernah mendapat sosialisasi. Kami dikasih pengumuman penutupan pada 23 Mei. Kalau sebelumnya kami dikumpulkan, kami siap membantu. Tapi bukan begini caranya. Ini namanya arogansi, menutup seenaknya,” jelasnya.

Ketua Komisi B Siswono meminta agar pendataan pedagang yang menerima kompensasi dari Pemkab Jember melibatkan paguyuban.

“Biar tidak terjadi miss lagi, sehingga bantuan itu betul-betul clear dan diperoleh para pihak yang terdampak,” katanya.

Baca Juga: Imbas Pasar di Jember Ditutup, Pedagang: Kami Tak Mau Mati Kelaparan!

Siswono berharap bantuan untuk pedagang pasar tradisional tepat sasaran dan sesuai dengan tiga kategori yang dipaparkan Slamet.

“Itu perlu jadi skala prioritas,” katanya.

Slamet Sugiarto mengatakan, Disperindag sudah mengantongi data pedagang.

“Kami tidak bekerja sendiri, kami bersinergi, terkait soal data. Kami sinkronisasikan data yang ada. Dari situ bisa kami formulasikan. Disperindag juga akan mendiskusikan hal tersebut dengan tim gugus tugas Covid-19 lainnya,” katanya.

Untuk diketahui, rapat tersebut dihadiri Kepala Kepolisian Resor Jember Ajun Komisaris Besar Aris Supriyono, Komandan TNI Distrik Militer 0824 Letnan Kolonel Infantri La Ode Muhammad Nurdin, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jember Slamet Sugiarto dan Sekretaris Badan Pendapatan Daerah Jember Suyanto.

Baca Juga: 24 Warganya Positif Rapid Test, Perumahan di Jember Terapkan PSBB Terbatas

Load More