Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Rabu, 09 Juni 2021 | 08:21 WIB
Penangkaran rusa di Bawean, Gresik, Jawa Timur [Foto: Beritajatim]

SuaraJatim.id - Kabar menggembirakan bagi para pecinta rusa. Rusa Bawean atau dikenal sebagai 'Ais Kuhlii' jumlahnya dikabarkan terus bertambah. Padahal, satwa endemik Bawean ini banyak diburu orang.

Rusa Bawean ini berbadan pendek dan tidak ditemukan di daerah lain. Ciri khas rusa ini sama dengan rusa lainnya. Namun, yang membedakan cuma postur tubuh dan bulunya saja. Selain banyak tersebar di alam liar, rusa Bawean juga ada yang hidup di penangkaran.

Menurut Nur Syansi, Kepala Resort Konsenvarsi IX Wilayah Pulau Bawean, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menuturkan, saat ini ada 30 ekor rusa di penangkaran. Dari jumlah itu, didominasi rusa betina. Tapi, masih ada 400-an rusa liar yang hidup di hutan.

"Semula ada 17 ekor rusa yang ditangkarkan jumlah terus bertambah. Satu tahun kami bisa mengembangbiakan 7 hingga 8 ekor rusa yang ditangkarkan," katanya, dikutip dari beritajatim.com, jejaring media suara.com, Rabu (09/08/2021).

Baca Juga: Penggeledehan Rutan Kelas II B Gresik, Penjaga Temukan Sembilan Handpone

Keberadaan Rusa Bawean yang ditangkarkan itu menjadi perhatian banyak peneliti. Sejumlah peniliti pelestari lingkungan baik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) maupun negara lain seperti Belanda, dan Singapura pernah meneliti rusa ini.

Selain menangkarkan rusa, lahan seluas 4.536,56 hektar itu, juga ada beberapa spesies binatang lain misalnya babi kutil dan elang.

Rusa Bawean yang kini ditangkarkan di kawasan hutan lindung. Tepatnya, di Desa Pudakit, Kecamatan Sangkapura dikelilingi beberapa blok gunung. Yakni, gunung besar, alas timur, teneden, dan payung-payung.

Untuk melihat rusa tersebut bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua, atau empat. Jalanan berliku dan sempit. Butuh andrenalin tersendiri menuju ke penangkaran rusa.

Menurut Sudirman (64) salah satu warga setempat menceritakan dulu rusa ini banyak diburu warga hanya demi mendapatkan dagingnya yang lezat saat dimasak. Namun, dibenak diri Pak Dirman sapaan akrabnya. Dirinya iba melihat rusa satu-satunya binatang asli Pulau Bawea bisa habis jika tidak segera dilestarikan.

Baca Juga: Kisah Nestapa Buruh Sepatu Gresik, Sudah Empat Bulan Gaji Belum Dibayar

"Awalnya saya melestarikan rusa ini tahun 1999 saat ada yang betina turun dari gunung dikejar-kejar anjing. Rusa yang dikejar itu hamil oleh masyarakat mau dipotong dagingnya. Melihat hal itu saya ganti dengan uang Rp 1 juta agar tidak punah," ujarnya, Rabu (9/06/2021).

Selang beberapa lama kemudian, Sudirman terus bertekad agar rusa yang gemar makan daun nangka serta kacang-kacangan tersebut bisa diselamatkan karena ini merupakan endemik satu-satunya yang asli asal Pulau Bawean.

"Saya terpanggil bagaimana menyelamatkan binatang ini. Kemudian dibuat penangkaran sederhana sambil mengembangbiakan rusa betina yang akan melahirkan," ungkapnya.

Load More