Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Selasa, 07 Juni 2022 | 16:55 WIB
Tempat lahir Soekarno berada di rumah Jalan Pandean 4/40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur. [SuaraJatim/Dimas Angga P]

SuaraJatim.id - Tempat lahir Soekarno berada di rumah Jalan Pandean 4/40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur. Tempat lahir sang proklamator itu diungkap salah satu pendiri Institut Soekarno, Peter A Rohi.

Pemerhati sejarah yang juga Dosen Universitas Ciputra Surabaya, Chrisyandi turut mengamini temuan Peter A Rohi tersebut. Kendati demikian, rumah yang telah berstatus cagar budaya itu disinyalir berubah bentuk.

"Dulu sempat pernah mengikuti Peter. A. Rohi, rumah lahirnya Soekarno di Pandean 4, dan itu memang benar rumah tempat lahirnya Soekarno," ujarnya.

Pada orde baru, lanjut dia, Soekarno disebut lahir di Blitar. Bahkan sempat tertulis pada buku-buku sejarah yang diajarkan Sekolah Dasar.

Baca Juga: Merayakan Hari Lahir Soekarno di Kampung Pandean Gang III Surabaya

Namun demi mencari kebenaran sejarah, Chrisyandi yang melihat langkah Peter, jika ada dan sengaja sejarah dibelokan secara paksa.

Benar saja, sejarah yang sebenarnya terkuak melalui catatan sekolah tempat Soekarno yang masih menyimpan akte kelahirannya.

"Memang dulu sempat tertulis, bahkan di buku sejarah SD jika lahir di Blitar, tapi itu ada pembelokan sejarah. Paling gampang atau paling simpel dulu waktu Pak Peter Antonius Rohi melihat lokasi lahir kan bisa dicek di sekolah, dan di sekolahnya pasti menyisahkan akte kelahiran, lah dari situ ketahuan. Sekolah-sekolah lama jaman Belanda pasti akan meminta data seperti akte kelahiran," jelasnya.

Meski sempat bersekolah secara berpindah-pindah, namun akhirnya Soekarno kembali ke Peneleh, dan indekost di rumah HOS Tjokroaminoto.

"Dia ini pindah-pindah mengikuti jejak orang tuanya. Jadi sempet juga sekolah SD di Mojokerto. Namun saat beranjak dewasa dia balik ke Surabaya dan sekolah di HBS, habis itu juga ngekos di rumah HOS Tjokroaminoto yang tak jauh juga dari rumah tempatnya lahir," jelasnya.

Baca Juga: Jejak Soekarno di Banten, Datang ke Bayah Lebak Bakar Semangat Romusha

hrisyandi juga mengutarakan jika Peter sempat mengatakankan rumah tersebut sudah beberapa kali pindah tangan, sehingga merubah karakter bangunan awal.

"Rumah ini sudah berubah, karakter saat ini sudah jauh dari sebelah-sebelahnya itu, beda banget, mungkin karena berganti pemilik jadi mikirnya tak sejauh itu, bahkan pemiliknya mungkin tidak tau jika itu rumah tempat lahirnya Soekarno, langsung dirubah separah itu, mungkin sudah ambruk atau apa sehingga berubah dan dibangun baru. (Gaya bangunan) era-era tahun 60-70an kelihatan rumahnya," terang Chrisyandi.

Perubahan tersebut sangat terlihat jelas dari beberapa rumah kuno yang masih berdiri di Pandean 4 Surabaya. Tampak beberapa gaya rumah masih terkesan era kolonial.

"Gayanya arsitektur model di Eropa, dan disambungkan dengan gaya yang ada di Nusantara waktu itu, jadi ada genteng, cendelanya seperti apa, jadi kesannya kayak mengkombinasikan gaya Eropa dan Nusantara saat itu," pungkasnya.

Sementara itu, rumah tempat lahir Soekarno sudah dipegang penuh oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, yang sebelumnya masih dipegang oleh pihak swasta dan masih dijadikan tempat tinggal.

Namun pada tanggal 17 Agustus 2020 sudah dibebaskan dan diganti oleh Pemkot Surabaya, dan sekarang menjadi rumah bersejarah dengan plakat Cagar Budaya.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

Load More