Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 10 Juni 2022 | 09:11 WIB
Pasar hewan di Pamekasan Madura [Foto: ANTARA]

Namun, karena harga yang ditetapkan pedagang dinilai terlalu rendah, pada keesokan harinya, yakni pada Selasa (7/6), ia membawa langsung sapi miliknya ke pasar sapi di Dusun Keppo, Galis, yakni pasar sapi terbesar di Pamekasan.

"Tapi sampai di sana, sapi saya malah hanya ditawar Rp11 juta, jauh lebih rendah dari tawaran sebelumnya," kata Tonawar.

Enam bulan lalu, Tonawar membeli sapi yang dipelihara itu dengan harga Rp12 juta.

Menurut Kepala Bidang Pasar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Pamekasan Agus Wijaya, kasus wabah PMK memang sangat berpengaruh pada aktivitas jual beli sapi di pasaran.

Baca Juga: Rupa-rupa Cara Penanganan Wabah PMK di Kawasan Malang Raya, Kota dan Kabupaten Serta Wilayah Batu

"Laporan dari kepala pasar sapi di Waru, hari ini menyebutkan, di sana bahkan hanya ada satu ekor sapi di pasar. Peternak dan pedagang sudah khawatir untuk melakukan aktivitas jual beli," katanya.

Peternak khawatir rugi, karena harga jual sapi sangat murah, sedangkan pedagang tidak mau membeli karena khawatir sapi yang dibeli terserang wabah PMK.

Sementara itu, upaya untuk menekan penyebaran penyakit sapi kini terus dilakukan Pemkab Pamekasan dengan melakukan penyemprotan disinfektan ke kandang-kandang sapi milik warga.

Kemudian, pemkab juga mendirikan pos pantau PMK di dua lokasi berbeda di Pamekasan, yakni di Jalan Raya Tlanakan dan di Pasar Keppo, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan.

Harga jual sapi turun akibat akibat wabah PMK ini bukan hanya di Pamekasan, akan tetapi juga terjadi di pasar hewan lain di Pulau Madura, seperti di Sampang, Bangkalan di Kabupaten Sumenep.

Baca Juga: Masih Jalan, Polisi Bantah Kasus Penganiayaan Ahmad Ghazali Warga Pamekasan Mandeg

Load More