Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Senin, 03 Oktober 2022 | 07:51 WIB
Korban tragedi Kanjuruhan Malang asal Jombang [SuaraJatim/Zen Arivin]

SuaraJatim.id - Muhammad Arief Junaidi tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Betapa tidak, putranya Muhammad Irsyad Aljuned (17), menjadi salah satu korban dalam tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10) kemarin.

Irsad meninggal dunia setelah setempat menjalani perawatan medis di RSUD dr Syaiful Anwar, Malang. Jenazah pelajar SMK Negeri Kudu, Jombang ini kemudian dikebumikan di tanah kelahirannya di Dusun Mernung Lor, Desa Sumbernongko, Kecamatan Ngusikan, sekira pukul 16.00 WIB.

Usai prosesi pemakaman, Arief juga masih nampak terpukul dengan kepergian anaknya. Nampak ia merupakan orang paling akhir yang meninggalkan tempat pemakaman. Pria paruh baya berusia 48 tahun itu tak menyangka jika sang anak akan lebih dahulu meninggalkannya menghadap sang Khalik.

Kepada Suara.com, Arief yang masih berduka mengaku sudah memiliki firasat sebelum peristiwa itu terjadi. Bahkan Arief sudah sempat melarang anaknya berangkat menonton pertandingan bertajuk Derby Jatim antara Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu (1/10) di Stadion Kanjuruhan Malang tersebut.

Baca Juga: Kesaksian Saksi Mata Tragedi Kanjuruhan Beda dengan Polisi: Aremania Turun ke Lapangan Bukan untuk Serang Pemain

"Sudah ada firasat, waktu itu posisi saya di Ngunut Kabupaten Tulungagung. Firasatnya tiba-tiba ada daun hijau yang nempel di dada gitu, setelah itu anak saya mau pamit lihat pertandingan itu. Sebelumnya sudah saya larang, tapi ya begitu mau gimana lagi," ujar Arief kepada Suara.com, Minggu, (2/10/2022).

Meski sudah dicegah, namun Irsyad tetap ngeyel. Arief pun tak kuasa menahan sang anak. Hingga ia pun akhirnya mengizinkan Irsyad berangkat ke Malang. Bahkan Arief juga memberikan uang saku kepada Irsyad untuk kebutuhan transportasi dan membeli tiket pertandingan.

"Berangkat ke Malang dari rumah itu Sabtu pagi, sekitar jam delapan. Berangkat sama adeknya, si Novel ini. Kalau berangkat ke sana itu, diajak kakaknya. Pamitan, sambil minta uang saku lalu berangkat gitu," ujar Arief.

Di Kabupaten Malang, kata Arief, Irsyad dan adiknya singgah di kediaman pamannya. Begitu adzan Maghrib dikumandangkan, mereka lantas berangkat ke Stadion Kanjuruhan Malang.

"Anak saya itu di tribun 12, ya setelah itu nonton seperti biasa. Namun setelah pertandingan selesai, kabarnya ada tembakan gas air mata. Anak saya terkena itu," ucap Arief.

Baca Juga: Gas Air Mata Disebut Jadi Penyebab Kematian Suporter Arema FC, Abu Janda Bela Aparat: Jangan Cuma Menyalahkan!

Arief menduga kondisi tribun yang padat dan penuh sesak, membuat Irsyad kesulitan untuk keluar saat keributan terjadi. Lantaran para suporter saling berebutan menuju gerbang keluar stadion Kanjuruhan, pasca adanya keributan.

"Karena tribun sangat padat, berdesakan dan pintu tertutup, anak saya kabarnya terinjak-injak. Sama dengan kakaknya, tapi kakaknya langsung ditemukan. Namun Irsyad baru ditemukan sekitar pukul 3 dini hari," ujar Arief.

Berdasarkan informasi yang diterima Arief, Irsyad ditemukan oleh tim medis dan relawan dalam kondisi kritis. Sehingga ia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Wafa Husada Kepanjen, Malang.

"Di rumah sakit itu anak saya ini kritis kondisinya. Tidak bisa dijaga, sebab sangat meluber korbannya. Akhirnya kejang di situ dan meninggal dunia," terang Arief dengan mata berkaca-kaca.

Arief mengaku masih sempat melihat kondisi jasad anaknya, begitu di rumah sakit. Disebutkannya kondisinya sudah parah dengan wajah yang penuh dengan luka memar dan ada luka bakar, serta ditemukan luka di bagian dada dan pada tangannya.

"Mendengar kabar itu saya langsung ke rumah di Malang, terus ke rumah sakit dan lanjut membawa jenazah ke rumah ini tadi. Semoga kejadian seperti ini tidak terjadi lagi," ujarnya menambahkan.

Kontributor : Zen Arivin

Load More