Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Senin, 01 April 2024 | 21:47 WIB
Pakar Komunikasi Politik Unair, Suko Widodo saat memberikan keterangan perebutan kursi Wali Kota Surabaya. [SuaraJatim/Dimas Angga]

SuaraJatim.id - Perebutan kursi Wali Kota Surabaya mulai memanas. Eri Cahyadi sebagai petahana sudah menyatakan bakal maju kembali.

Calon lainnya, ada nama Asrilia Kurniati dan Hadi Dediyansah yang ikut meramaikan bursa calon wali kota.

Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur Suko Widodo memandang perlu adanya popularitas sebagai salah satu syarat untuk berkompetisi memperebutkan kursi Wali Kota Surabaya di Pilkada 2024.

"Kalau untuk Pilkada Surabaya tentu orang-orang yang punya popularitas, saya rasa itu syaratnya," ujar Suko di Surabaya.

Baca Juga: Aksi Gangster di Surabaya Kian Meresahkan, Seorang Pemotor Dikeroyok dan Tasnya Dirampas

Beberapa nama yang dinilainya punya kompetensi dalam aspek popularitas adalah Eri Cahyadi, Armuji, dan Hadi Dediyansah.

Untuk nama Eri Cahyadi dan Armuji merupakan petahana yang saat ini masih menjabat sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya. Sedangkan Hadi Dediyansah atau Cak Dedi adalah anggota DPRD Jawa Timur. Nama terakhir juga santer dikabarkan maju di kontestasi Pilkada Surabaya tahun 2024.

Selain ketiga nama itu, Suko menyebut ada nama musisi papan atas Ahmad Dhani. Jika mengacu pada popularitasnya, Dhani sudah memiliki banyak modal ketenaran. "Kalau tidak populer akan berat untuk masuk kancah perpolitikan Surabaya," imbuhnya.

Popularitas menjadi penting di Surabaya yang memiliki karakter masyarakat kawasan metropolitan. Calon yang akan maju tidak lagi terpaku pada ideologi partai, melainkan hubungan personal.

Selain aspek popularitas, Suko menyatakan relasi atau jaringan sosial dan politik memiliki andil untuk lebih mendongkrak popularitas yang dimiliki. "Misalnya dia ada di organisasi apa, harus punya dasar komunitas yang terukur," kata dia.

Baca Juga: Jadwal Buka Puasa Mojokerto dan Sekitarnya 31 Maret 2024

Suko Widodo menambahkan untuk persoalan partai politik, hal itu dinilainya tidak begitu berdampak pada pola ketertarikan seseorang menjatuhkan pilihan pada Pilkada Surabaya.

"Tidak seperti dulu dimana orang kalau membela partai habis-habisan. Tingkat perubahan tinggi sekali," tuturnya.

Oleh karena itu, untuk memenangkan Pilkada Surabaya partai politik harus menyelaraskan antara sosok bakal calon wali kota dan bakal wakil wali kota.

"Harus cari pasangan yang bisa memenuhi persyaratan sehingga bisa sama-sama mendulang suara, misalnya wali kota punya popularitas sedangkan wakilnya kuat di jaringan," tandasnya.

Load More