Scroll untuk membaca artikel
Fabiola Febrinastri | RR Ukirsari Manggalani
Sabtu, 16 November 2024 | 19:00 WIB
Jelajah Gizi 2024 di Banyuwangi. (Dok. Danone)

SuaraJatim.id - Angka stunting di Indonesia pada 2023 mengalami penurunan 0,1 persen dari 21,6 persen 2022 menjadi 21,5 persen. Danone Indonesia menyadari bahwa masalah stunting di negeri kita disebabkan banyak faktor. Seperti tingginya anemia pada remaja perempuan dan ibu hamil, buruknya sanitasi atau akses air bersih hingga anak bayi kurang asupan zat besi dari air susu ibu (ASI) dan dari asupan Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Nutrisionist Puskesmas Singojuruh, Ruvy Rizka yang mendampingi Desa Binaan Danone Indonesia yaitu Desa Benelan Kidul, Banyuwangi menyatakan cukup banyak para ibu memberikan asupan nasi dan sayur bening kepada balita atau bayi bawah lima tahun. Bahan makanan seperti ikan tidak diberikan, salah satunya anggapan ibu hamil tidak boleh mengonsumsi ikan.

"Jadi mereka dulu menganggapnya, ibu hamil nggak boleh makan ikan takut amis dan segala macam. Tapi setelah diedukasi baru mereka tahu, oh ternyata boleh ya. Nah, biasanya kalau ibu hamil sudah semangat, neneknya yang melarang. Kalau sudah begitu neneknya yang kami edukasi," jelas Ruvy.

Bukan sekadar edukasi penjelasan semata, Ruvy berhasil membuat ibu-ibu di Desa Benelan Kidul melakukan praktik baik di tengah keterbatasan karena tidak ada power point untuk menjelaskan.

Baca Juga: Yankes Bergerak ke Pulau Sapudi, Siap Beri Layanan Kesehatan Gratis Bagi Masyarakat di Kepulauan Madura

Hasilnya setelah pendampingan dan bantuan dari Danone Indonesia, kini para ibu di desa itu sudah bisa membuat kreasi makanan bergizi dengan bentuk unik, sehingga anak tertarik untuk memakan dan mencobanya. Apalagi anak juga perlu dikenalkan pada beragam makanan, termasuk menggunakan pangan lokal yang mudah didapatkan di sekitar tempat tinggal.

Jelajah Gizi 2024 di Banyuwangi, Nutrisionist Puskesmas Singojuruh, Ruvy Rizka (Dok. Danone)

Ini juga jadi alasan untuk ke-9 kalinya Jelajah Gizi digelar Danone Indonesia setiap tahunnya. Kali ini Jelajah Gizi yang melibatkan lebih dari 30 penggiat media sosial dan media nasional Indonesia menyambangi Banyuwangi, Jawa Timur.

Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengatakan berbagai penyebab stunting ini perlu diintervensi secara serius. Ini karena masalah stunting dan anemia seumpama lingkaran yang akan terus berputar dan terjadi terus menerus jika tidak diputus.

"Nutrisi seimbang dan hidrasi yang berkualitas menjadi kunci untuk mencegah dan memutus mata rantai stunting juga anemia. Sebagai bentuk komitmen Danone Indonesia dalam membawa kesehatan melalui makanan dan minuman ke sebanyak mungkin orang, kami terus ingin mengedukasi seputar kekayaan dan potensi pangan lokal kepada masyarakat Indonesia melalui program Jelajah Gizi yang sudah dilaksanakan sejak 2013," papar Arif Mujahidin dalam sambutannya di rumah makan tradisional Banyuwangi, Srengenge Wetan.

Ikan Lemuru Banyuwangi Miliki Gizi Setara Salmon

Baca Juga: Optimal dalam Layanan Kesehatan, RSUD Dr. Soetomo Raih Paramakarya Dharmartha Husada

Lebih jauh Arif menilai makanan bergizi untuk anak, orangtua tidak perlu mencari di luar kota, tapi bisa dengan menyantap menu makanan berbahan pangan lokal. Dengan cara ini selain mudah, cepat dan murah, tapi juga lebih ramah lingkungan karena tidak banyak menghabiskan 'bensin' yang digunakan kendaraan untuk mengirim bahan untuk memasak dari luar kota atau luar negeri.

"Program ini kami harapkan dapat mengedukasi masyarakat bahwa nutrisi harian anak dan keluarga dapat kita penuhi lewat pangan lokal yang terjangkau, juga mudah kita temukan di lingkungan sekitar,” lanjutnya.

Jelajah Gizi 2024 oleh Danone Indonesia di Banyuwangi. (Dok. Danone Indonesia)

Keberadaan bahan pangan lokal juga dibenarkan Ruvy, yang mengungkap Banyuwangi punya sumberdaya ikan lemuru yang melimpah. Ikan ini memiliki harga sangat terjangkau, bahkan bisa dijangkau kalangan masyarakat ekonomi lemah.

"Kalau Lemuru di mana aja gampang, cara dapatnya gampang di pedagang sayur keliling itu pasti bawa ikan lemuru. Satu kertas sekitar setengah kilogram, ada yang seperempat kilo, isinya sekitar 8 itu cuma 4 ribu," jelas Ruvy, alumnus Akademi Gizi Surabaya.

Menariknya, meski harganya murah tapi bukan berarti kandungan gizinya juga murahan. Ini karena menurut Ahli Gizi sekaligus Guru Besar Bidang Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ahmad Sulaeman mengatakan kandungan gizi ikan lemuru setara dengan ikan salmon, berkat kandungan lemak omega 3 yang penting untuk tubuh.

"Setara dengan salmon, Baik dari proteinnya, maupun dari kandungan DHA-nya, kemudian juga mineralnya. Kenapa harus salmon ketika ada yang jauh lebih murah. Di ikan lemuru itu yang sangat tinggi itu kandungan lemak esensial omega 3 ada eicosapentaenoic acid (EPA), ada dokosaheksaenoat acid (DHA)," jelas Prof. Ahmad.

Ia menambahkan, kandungan EPA dan DHA yang terkandung dalam ikan lemuru ini sangat baik untuk perkembangan otak dan mata anak, sehingga akan membantu perkembangan janin sejak dalam kandungan.

Bahkan ikan lamuru juga baik dikonsumsi ibu menyusui. Ini karena kandungan gizi dalam ikan lemuru, nantinya akan diserap bayi yang disusui lewat air susu ibu (ASI).

Keseruan Jelajah Gizi 2024 Telusuri Kuliner Lokal Banyuwangi

Jelajah Gizi 2024 menyuguhkan serangkaian perjalanan yang mengeksplorasi keunikan pangan lokal dengan membedah secara ilmiah kandungan nutrisi dari sajian kuliner tradisional dan mengulik cerita nutrisi di balik pangan lokal Banyuwangi seperti Nasi Tempong, Rujak Soto, Pecel Rawon, Ayam Kesrut, Pecel Pitik.

Jelajah Gizi 2024 di Banyuwangi. (Dok. Danone)

Program ini juga mengajak peserta untuk mengunjungi Pabrik AQUA Banyuwangi, di mana peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung bagaimana pabrik beroperasi serta teknologinya memungkinkan pengawasan dan pengendalian proses produksi secara real-time, sehingga meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.

Pabrik AQUA Banyuwangi cukup Istimewa, karena sudah memiliki panel surya alias sinar matahari sebagai energi terbarukan yang ramah lingkungan. Apalagi Banyuwangi sebagai kota pesisir di ujung Timur Pulau Jawa punya sumber energi matahari yang melimpah, sehingga penerapan panel surya untuk operasional pabrik sangat ideal diterapkan.

Sehingga pabrik ini bukan hanya menggunakan mata air berkualitas yang diambil dari sumber air dalam di kaki Gunung Raung, tapi juga memperhatikan keberlangsungan bumi dengan mengurangi sumber energi fosil.

Medical & Science Director Danone Indonesia, Dr.dr.Ray Wagiu Basrowi,MKK,FRSPH yang ikut hadir dalam rangkaian kegiatan Jelajah Gizi 2024 mengingatkan tentang ancaman hidden hunger alias lapar tersembunyi karena kekurangan zat gizi mikro yang bisa mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.

Gizi mikro alias mikronutrien adalah zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil tapi perannya sangat krusial alias vital agar metabolisme bisa bekerja maksimal. Contoh mikronutrien seperti zat besi, vitamin A, vitamin D, iodin, folat, zinc yang diukur dalam satuan miligram (mg), mikrogram (mcg), atau IU.

Hidden hunger ini bukan ditandai dengan kondisi fisik seperti tubuh pendek maupun busung lapar karena malnutrisi, tapi terlihat dari tubuh yang mudah lelah, sulit konsentrasi hingga mudah sakit. Apabila kondisi ini terus terjadi hingga dewasa dan memasuki usia produktif, maka kualitas SDM Indonesia bisa kalah saing dari negara lain.

Inilah sebabnya, kata Dr. Ray penting untuk memenuhi kebutuhan dasar zat mikro harian dengan pangan fortifikasi yaitu produk yang di dalamnya sudah ditambahkan zat, mineral yang kebutuhannya sangat vital bagi tubuh. Adapun contoh pangan fortifikasi seperti garam yang ditambahkan yodium hingga susu fortifikasi yang ditambahkan zat besi, vitamin C, vitamin A dan sebagainya.

Jelajah Gizi 2024 di Banyuwangi. (Dok. Danone)

Dr. Ray mengatakan zat besi jadi salah satu mikronutrien yang paling mudah difortifikasi, salah satunya melalui susu pertumbuhan seperti SGM Eksplor. Apalagi format susu fortifikasi ini juga tetap berbentuk pangan yang dikonsumsi sehari-hari, sehingga mudah diserap tubuh anak dibanding suplemen.

Ditambah susu pertumbuhan SGM Eksplor ini dilengkapi dengan IronC, yaitu kombinasi ideal antara zat besi dengan vitamin C. Ini karena vitamin C bertindak sebagai kendaraan terbaik untuk mengantarkan zat besi lebih cepat masuk ke tubuh.

"Idealnya zat gizi mikro masuk berbarengan dengan makanan. Kalau pada anak-anak zat besi itu sudah banyak penelitiannya paling gampang difortifikasi pada salah satunya susu pertumbuhan. Kenapa? Bioavailitas (jumlah yang diserap tubuh) tinggi banget. Jadi yang masuk lewat susu pertumbuhan, akan lebih banyak diserap tubuh daripada dibuang," jelas Dr. Ray.

Membahas pangan fortifikasi, ada juga inovasi teknologi pangan lain yaitu biofortifikasi. Menariknya, di sela kegiatan Jelajah Gizi 2023 peserta diajak terlibat program Danone Indonesia bekerjasama dengan Pandawara Agri dan Bulog RI yaitu budidaya padi sehat. Peserta diajak menanam padi biofortifikasi, cikal bakal beras biofortifikasi yang sudah berisi vitamin dan mineral termasuk zat besi, dan petaninya juga diberikan pemberdayaan maupun edukasi untuk menerapkan praktik pertanian sawah sehat.

"Sekarang banyak diteliti dan terbukti efektif namanya biofortifikasi, jadi bukan berasnya yang udah jadi, begitu jadi padi, begitu mulai dibenihkan, benihnya itu yang difortifikasi. Ini namanya biofortifikasi, jadi lebih natural alami dan tidak merusak siklus tanam," ungkap Dr. Ray.

Selanjutnya, peserta juga mengunjungi masyarakat binaan Danone Indonesia di Desa Benelan Kidul yang mengembangkan budidaya sayuran di area perumahan, di mana bahan tersebut diolah bersamaan dengan protein hewani untuk menjadi makanan tambahan melalui komunitas Isi Piringku di Kabupaten Banyuwangi untuk pencegahan stunting.

Reporter Suara.com/Dini Afrianti Efendi

Load More