SuaraJatim.id - Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur Erma Susanti menyoroti harga gabah kering panen (GKP) yang terus merosot. Berdasarkan pantauannya, saat ini harganya telah jauh di bawah harga eceran tertinggi (HET).
Menurut Peraturan Bapanas No 2/2014, harga gabah kering panen telah ditetapkan senilai Rp 6.500 per kilogram. Namun, kenyataannya di lapangan sudah di bawah harga tersebut.
“Kemarin kita temukan dibawah, ada masalah terkait dengan harga gabah yang saya pantau di beberapa tempat itu sudah di bawah Rp 6.500 per kilo,” ujarnya.
Tentunya turunnya harga gabah tersebut tidak sesuai dengan HET. Politikus asal Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim itu merugikan petani dan pelaku usaha penggilingan padi.
Erma berharap ada intervensi dari pemerintah terkait harga gabah kering panen tersebut. Dia khawatir akan ada gejolak di pasar, mengingat sebentar lagi masa panen raya.
Menurutnya, panen raya seharusnya bisa berjalan dengan baik jika gabah dapat terserap secara optimal.
Pihaknya menyarankan agar Badan Urusan Logistik (Bulog), selaku BUMN urusan pangan menyerap hasil panen petani. Erma mengingatkan, penyerapan panen yang baik akan berdampak pada ketersediaan komoditas beras.
“Ini yang perlu diantisipasi, jangan sampai panen raya menjadi pemicu gejolak harga. Kita sudah menghitung terkait lahan dan produktivitasnya, sehingga harus benar - benar terserap agar tidak mengganggu inflasi dan pasokan beras,” katanya.
Jawa Timur memasuki jadwal musim panen padi pada periode Februari sampai April.
Baca Juga: DPRD Jatim Bongkar Rahasia Genjot Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah ini memiliki luas baku sawah mencapai 1.207.997 hektare. Berdasarkan data tahun 2024, produksi padi di Jatim mencapai 9,27 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
Jumlah itu setara dengan produksi beras yang mencapai 5,35 juta ton.
Namun demikian, angka gabah kering giling itu sebenarnya menurun 0,44 juta ton atau 4,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, masih cukup besar menyumbang produksi beras nasional yang mencapai 17,48 persen.
Penurunan hasil panen tersebut disebabkan oleh kurangnya luas panen mencapai 1,62 juta hektare.
Meskipun terjadi penurunan secara keseluruhan, beberapa kabupaten/kota mengalami peningkatan produksi padi, seperti Kabupaten Tuban yang mencatat produksi sebesar 523.067 ton GKG pada tahun 2024. Sebaliknya, beberapa wilayah seperti Kabupaten Gresik, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan produksi.
Produksi padi tertinggi pada tahun 2024 terjadi pada bulan April dengan 2,14 juta ton GKG, sedangkan produksi terendah tercatat pada bulan Januari, sekitar 0,28 juta ton GKG.
politikus asal Tulungagung itu bergarap Bulog segera mengambil langkah nyata untuk memastikan gabah petani terserap dengan harga yang layak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Kronologi Sopir Truk Ditemukan Tewas di Banyuwangi, Mulut dan Hidung Berbusa!
-
BRI Ikut Biayai Proyek Strategis Flyover Sitinjau Lauik Rp2,2 Triliun di Sumbar
-
2 Jembatan Lumajang Rampung Akhir 2025, Gubernur Khofifah Pastikan Mobilitas Warga Pulih Total
-
Korban Ledakan Serbuk Mercon Pacitan Bertambah, Lima Warga Luka dan Rumah Hancur
-
Banjir Lamongan Rendam 328 Hektare Sawah Warga, 13 Dusun Terdampak