Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 13 September 2025 | 16:56 WIB
ilustrasi pekerjaan digantikan AI (freepik.com/pressfoto)
Baca 10 detik
  • AI diprediksi akan mengambil alih setengah dari seluruh pekerjaan kantoran, menurut CEO Ford Motor.
  • Profesi yang bersifat repetitif dan administratif menjadi yang paling rentan dan mudah diotomatisasi.
  • Layanan pelanggan, sales, dan entri data berada di barisan terdepan profesi yang terancam punah.
[batas-kesimpulan]

SuaraJatim.id - Lupakan gambaran robot yang hanya bekerja di pabrik. Era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) telah tiba dan medan perangnya kini berpindah ke ruang kantor ber-AC.

Banyak profesi kerah putih (white collar) yang selama ini dianggap aman, kini berada di urutan pertama dalam daftar "terancam punah".

Peringatan keras ini bukan lagi sekadar spekulasi, melainkan telah disuarakan oleh para petinggi perusahaan teknologi dan otomotif raksasa dunia.

CEO Ford Motor, Jim Farley, memberikan prediksi yang cukup membuat bulu kuduk berdiri.

Dikutip dari DailyMail, Farley dengan tegas menyatakan, "Kecerdasan buatan akan menggantikan setengah dari seluruh pekerja kantoran (white collar) di AS."

Pernyataan ini seolah menjadi genderang perang bagi para pekerja yang tak mau beradaptasi. Laporan dari para peneliti Microsoft pun semakin memperjelas gambaran suram ini. Mereka telah memetakan sejumlah pekerjaan yang paling terdampak langsung oleh kemajuan pesat AI.

Lantas, profesi kantoran apa saja yang berada di ujung tanduk? Berikut daftarnya.

1. Layanan Pelanggan (Customer Service)

Posisi ini menempati urutan teratas. Kehadiran chatbot dan asisten virtual yang semakin canggih mampu melayani keluhan pelanggan 24/7 tanpa lelah dan dengan respons yang instan.

Baca Juga: Pemprov Jatim akan Berkolaborasi dengan Komunitas AI

Perusahaan melihat ini sebagai efisiensi besar, yang berarti peran manusia sebagai jembatan antara konsumen dan perusahaan semakin terancam.

2. Tenaga Penjualan (Sales)

Tugas-tugas tim penjualan seperti mencari prospek, melakukan panggilan awal, hingga mengirim email follow-up kini dapat diotomatisasi oleh AI.

Sistem AI mampu menganalisis data pasar untuk menemukan calon pelanggan potensial dengan lebih cepat dan akurat, mengurangi kebutuhan akan tenaga penjualan dalam jumlah besar.

3. Entri Data dan Staf Administrasi

Pekerjaan yang bersifat repetitif dan berulang adalah "makanan empuk" bagi AI. Tugas seperti memasukkan data ke sistem, menyortir dokumen, atau menjadwalkan pertemuan dapat dilakukan oleh program AI dengan kecepatan dan akurasi yang jauh melampaui kemampuan manusia. Ini membuat peran staf administrasi dan operator entri data menjadi sangat rentan.

4. Penerjemah

Dulu, menjadi seorang penerjemah adalah profesi yang menjanjikan. Namun, kemunculan alat terjemahan berbasis AI seperti Google Translate dan DeepL yang semakin akurat dan mampu memahami konteks telah menggerus pasar para penerjemah manusia, terutama untuk tugas-tugas terjemahan dokumen standar.

5. Penulis Konten dan Desainer Grafis Junior

Siapa sangka profesi kreatif bisa terancam? AI generatif seperti ChatGPT dan Midjourney kini mampu menghasilkan artikel, tulisan untuk media sosial, hingga gambar dan desain visual hanya dari perintah teks sederhana. Meskipun belum bisa menandingi kreativitas kompleks manusia, untuk kebutuhan konten dasar dan cepat, AI menjadi alternatif yang jauh lebih murah dan efisien.

Menghadapi tsunami teknologi ini, CEO Nvidia, Jensen Huang, mengingatkan bahwa satu-satunya pilihan adalah adaptasi. Peningkatan keterampilan (upskilling) dan mempelajari keahlian baru (reskilling) menjadi harga mati jika tak ingin sekadar menjadi penonton di era disrupsi AI.

Load More