Ketakutan Isu Kiamat, Pasutri Rela Jual Motor hingga Tebok Tabungan

Ninik Suwarni (69) mengatakan, sebelum berangkat ke Malang, anaknya menjual semua harta benda miliknya.

Agung Sandy Lesmana
Jum'at, 15 Maret 2019 | 21:55 WIB
Ketakutan Isu Kiamat, Pasutri Rela Jual Motor hingga Tebok Tabungan
Padepokan Gunung Pengging di Desa Watu Bonang Badegan, Ponorogo, Jawa Timur. [Beritajatim]

SuaraJatim.id - Termakan isu kiamat, pasangan suami istri (pasutri) di Kabupaten Mojokerto turut berangkat ke Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Falahi Mubtadin (MFM) di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Mereka bahkan menjual semua barang berharga hingga menebok tabungannya untuk bekal hidup selama berada di ponpes tersebut.

Risky (25) dan istrinya, Khurotul Aini (23) dan Risky (25) berangkat pada, Kamis (7/3/2019) lalu dan dikabarkan mengikuti Jemaah Thoriqoh Muso. Ninik Suwarni (69) mengatakan, sebelum berangkat ke Malang, anaknya menjual semua harta benda miliknya.

“Anak saya dan istrinya menjual semua barang-barang berharga miliknya, mulai dari sepeda motor, salon, kipas dan hingga membuka celengan Rp3 juta,” kata dia, Jumat (15/3/2019).

Ninik mengatakan, keduanya berpamitan ke keluarga ke Ponpes untuk melakukan puasa Rajab selama satu bulan. Selain itu, anaknya mengatakan jika kiamat sudah dekat sehingga mereka juga mengajak keluarga ikut mereka ke Malang.

Baca Juga:Isu Serang Syahrini Pakai Foto Ciuman, Ini Kata Nikita Mirzani

“Kurang lebih mereka membawa uang Rp6 juta sampai Rp8 juta hasil dari penjualan barang-barang miliknya. Katanya mondok kok jual semua barang-barang, katanya untuk makan selama disana. Saya dan keluarga dari pihak suami anak saya ke sana (Malang) untuk menjemput namun tidak mau,” katanya seperti dikutip Beritajatim.com

Justru, anaknya mengajaknya untuk ikut mereka dengan alasan kiamat sudah dekat. Menurutnya, selain anak dan menantunya, ada juga warga Mojokerto yang turut berangkat ke Malang bersama mereka. Yakni sekitar delapan orang dari sejumlah daerah di Mojokerto.

“Mereka ada yang dari Dusun Jetis, Jatirejo dan juga ada yang dari Desa Gemekan, Kecamatan Sooko. Anak saya terlihat seperti biasa, kalau shalat jamaah juga di mushola di dekat rumah bersama para warga kok. Namun dalam satu minggu, ngaji di Gemekan, itu rutin. Tapi saya kurang tahu bersama siapa? dan alirannya apa?,” tuturnya.

Sementara itu Zainul Arifin, kakak kandung Aini menambahkan, tidak ada tanda-tanda jika adik bersama suaminya akan berangkat ke Malang terkena isu kiamat. “Yang jelas keluarga sempat mencegah agar tidak berangkat,” tegasnya

Baca Juga:Ivan Kolev Bongkar Rahasia Persija Taklukkan PSS Sleman dan Jadi Juara Grup

REKOMENDASI

News

Terkini