Menurutnya PDI Perjuangan termasuk partai paling eksis dan berani di Madura. Harusnya langkah itu juga dilakukan oleh partai-partai lain di kabupaten paling timur Pulau Madura.
"Keberanian merekom kadernya sendiri itu harus diapresiasi. Karena ukuran keberhasilan kaderisasi di internal partai dapat dilihat dari keberaniannya untuk merekom kadernya sendiri," ungkapnya kepada Suara.com Jumat (21/02/2023).
Diumumkannya pasangan ini mendahului pasangan calon lain menandakan kesiapan partai untuk bertarung. Tinggal melihat lawannya siapa.
Menurutnya, jika pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sumenep mendatang calonnya lebih dari dua pasangan, maka pasangan Fauzi-Eva berpotensi jadi pemenang.
Baca Juga:ASN Pemkab Sumenep yang Curi Sepeda Ontel Diberhentikan Sementara
"Akan tetapi, jika head to head saya berkeyakinan Fauzi-Eva ini kemungkinan besar, rontok," jelasnya.
Dari sisi eksternal, lanjut Sulaisi, Achmad Fauzi memiliki sisi negatif. Ada jejak korupsi yang tak dapat dibantah terkait PI Migas.
Jejak korupsi ini menurutnya bisa saja diolah oleh lawan politiknya. Jika dilakukan secara masif bukan tidak mungkin akan mengganggu laju Fauzi-Eva.
"Saya menerbitkan buku dengan judul Skandal Bellezza. Isinya tentang korupsi PI Migas Sumenep," terang pria yang juga DWP APSI Jatim ini.
Sementara Nyi Eva adalah representasi dari Muslimat NU yang memiliki basis massa ideologis yang jelas dan tak mudah terpengaruh propaganda.
Baca Juga:Curi Sepeda Ontel, Oknum ASN Pemkab Sumenep Nyaris Dihajar Massa
Namun istri Ketua MUI, KH Safraji ini punya track record dua kali kalah dalam mencalonkan diri di posisi Cawabup. Masing-masing ada Pilkada 2010 dan 2015.