SuaraJatim.id - Blusukan yang dilakukan Tri Rismaharini setelah dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri Sosial (Mensos) menuai banyak kritikan dan cibiran dari sejumlah kalangan akhir-akhir ini.
Blusukan Risma dinilai hanya sebagai bentuk pencitraan belaka. Bahkan kemarin Tagar #Pencitraan sempat jadi trending di Twitter beberapa lama. Warganet banyak menulis tagar pencitraan dalam cuitan mereka di Twitter sambil menautkan link berita blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Kemudian kritikan-kritikan pedas dari sejumlah elite politik, akademisi, dan politikus juga bergantian menghantam mantan Wali Kota Surabaya dua periode ini.
Berikut ini 5 kritikan 'nylekit' kepada Risma yang menganggap blusukannya seolah-seolah hanya pencitraan semata:
Baca Juga:Bawa Nama Jokowi, Politikus PKB Ingatkan Mensos Risma: Fokus Bu Kerjanya
1. Warganet ramai-ramai sindir Risma
Aksi blusukan Mensos Risma ternyata mendapat komentar dari warganet yang menganggap dia hanya pencitraan belaka. Bahkan berdasar pantauan Suara.com, Selasa (5/1/2021), kata 'Mensos' dan 'Pencitraan' masuk dalam daftar Trending Topic Twitter.
Sejumlah warganet banyak yang menyindir Risma. Pemilik akun @edukotor misalnya, dia bertanya-tanya sebenarnya video itu memperlihatkan kegiatan pejabat atau ternyata YouTuber konten sedekah.
"Ini kegiatan pejabat apa YouTuber konten sedekah dan jalinan kasih?" ujarnya.
Cibiran itu ditimpali oleh warganet lain yang ikut mengomentari aksi blusukan Risma.
Baca Juga:Risma Disebut Tiru Jokowi, PKS: Blusukan Sudah Gak Laku Buat Warga Jakarta
"Hahaha mau bikin variety show bentar lagi," balas @faridfrds_.
"Pejabat yang dapat inspirasi dari YouTuber dan acara TV," timpal @nizarsyputra.
2. Politisi Partai Gerindra Fadli Zon sebut gangguan 'Gila Pencitraan'
Politisi Partai Gerindra Fadli Zon pun ikutan berisik di Twitter terkait trending tagar #pencitraan dan gaduh 'blusukan' yang dibahas warganet.
Meskipun tidak menunjuk langsung ke Risma, tapi cuitan Fadli Zon ini diunggah saat berita blusukan Risma sedang ramai-ramainya di Twitter.
"Blusukan secara proporsional bagus saja sbg cara melihat langsung lapangan. Tp klu kecanduan blusukan maka harus diperiksa jgn2 gangguan 'gila pencitraan'."
3. Fahri Hamzah sebut Risma tahu posisi wali kota dan menteri
Setelah Fadli Zon, giliran Politikus Partai Gelora Fahri Hamzah ikut memberi kritikan pedas terkait aksi Tri Rismaharini ini. Fahri meminta Risma bekerja menggunakan metode dan data yang benar. Kritikan ini diunggah ke akun Twitternya @Fahrihamzah.
"Stafnya bu Risma harus kasih tahu beliau beda jadi walikota dan Menteri. Perbedaan tidak saja pada filosofi, skala, juga metode. Menteri tidak dipilih tapi ditunjuk, kerja sektoral saja dan berlaku di seluruh negeri. Wali kota dipilih non sektoral tapi terbatas kota," tulisnya, Rabu (6/1/2021).
Lebih jauh ia meminta agar Risma benar-benar bekerja secara tepat menggunakan data yang ada dan jangan menyia-nyiakan waktu hal ini mengingat krisis yang saat ini dihadapi Indonesia diprediksi bakal berlangsung panjang.
Fahri melanjutkan, kalau ada data maka segera dianalisis lalu keluarkan konsep dan segera lapor ke presiden dan hearing dengan DPR RI.
Di sana nanti akan muncul kritik, muncul koreksi, libatkan publik lalu membuat kesimpulan akhir. Setelah itu eksekusi secara massif secara nasional melalui jalur-jalur struktural.
"Gini deh, kalian sampaikan ke bu Mentri, krisis ini akan panjang. Karena ketimpangan kemungkinan di daerah terpencil akan makin sulit. Tapi orang desa gak ribut. Memang yang bahaya orang miskin kota, ada politik ada kelas menengah yang advokasi. Tapi kerja pakai data," tegasnya.
4. Pengamat Jerry Massie juga sebut Risma cuma pencitraan
Peneliti kebijakan publik dari lembaga Political and Public Policy Jerry Massie pun menduga kegiatan Risma merupakan bagian dari manuver politik yang momentumnya belum tepat.
"Ini gaya blusukan mengarah ke DKI 1," kata Jerry kepada Suara.com, Selasa (5/1/2021).
"Ini bagian political imaging atau pencitraan politik. Gaya wali kota Surabaya mau coba dia terapkan di ibu kota. Barangkali waktu dan tempat berbeda," kata Jerry.
Jerry menilai gaya yang ditunjukkan Risma sekarang sama seperti gaya Presiden Joko Widodo dulu, semenjak masih menjadi wali kota Solo.
"Memang blusukan gaya Jokowi juga waktu di Solo. Paling publik akan pertanyakan ini murni politis atau murni humanis," katanya.
Menurut Jerry, di tengah pandemi Covid-19 tak perlu banyak blusukan dulu.
"Sekarang mensos dibutuhkan konsep dan peduli. Tak perlu hadir pun tapi bisa mengatur dan menyiapkan logistik dengan baik itu sudah bagus," kata Jerry.
Jerry menduga kegiatan blusukan yang dilakukan Risma di Jakarta merupakan bagian dari strategi politik untuk "menjegal Anies di DKI dan untuk running 2024 mendatang."
5. PKS sebut Risma tiru Jokowi mau ke DKI 1
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga ikutan menyorot gaya blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini. Partai dakwah ini menilai Risma tengah mencari simpati publik dengan melakukan pencitraan guna menyongsong Pemilihan Gubernur pada 2022.
Senada dengan pandangan sejumlah kalangan itu, anggota Komisi VIII DPR Fraksi PKS Bukhori memandang blusukan Risma memang sekadar pencitraan. Ia bahkan menilai gaya blusukan Risma sengaja dilakukan mengikuti jejak Joko Widodo saat mengincar kursi DKI 1.
Namun, Bukhori mengkritisi bahwa kalau Risma berniat menjadi gubernur maka seharusnya ia tidak menempuhnya lewat jabatan menteri. Sebab, menurut Bukhori, posisi menteri diperuntukan bagi mereka yang siap bekerja mengabdikan diri untuk rakyat.
"Ya itu yang beliau ingin tempuh kelihatannya. Tapi kalau begitu jangan jadi menteri," kata Bukhori kepada Suara.com, Rabu (6/1/2021).
Lebih lanjut, Bukhori menilai, mau bagaimanapun gaya Risma melakukan pencitraan dengan gaya blusukan, hal itu tidak akan mempengaruhi warga Jakarta. Ia menilai gaya blusukan serupa Risma sudah tidak laku untuk menggaet simpati masyarakat.
"Lagian blusukan sekarang sudah gak laku bagi masyarakat Jakarta. Karena mereka sudah harus belajar dari pendahulu-pendahulunya," ujar Bukhori.