Risma Geram, 5 Tahun 14 Warga Malang Tak Terima Bansos, Diduga Dimakan Pendamping

Dugaan kasus penyalahgunaan dana bantuan sosial (Bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, membuat geram Menteri Sosial Tri Rismaharini.

Muhammad Taufiq
Selasa, 29 Juni 2021 | 16:37 WIB
Risma Geram, 5 Tahun 14 Warga Malang Tak Terima Bansos, Diduga Dimakan Pendamping
Menteri Sosial Tri Rismaharini [Foto: Antara]

SuaraJatim.id - Dugaan kasus penyalahgunaan dana bantuan sosial (Bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, membuat geram Menteri Sosial Tri Rismaharini.

Kerugian akibat kasus di Malang ini mencapai Rp 450 juta. Setelah diselidiki, sebanyak 14 warga kabupaten Malang dalam periode 2017 hingga 2021 (5 tahun) ternyata tidak menerima bantuan sosial tersebut.

Kasus ini terkuak ketika Risma menerima laporan penyalahgunaan dana bansos PKH yang terjadi di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.

"Awalnya ada laporan ke saya. Kemudian saya tugaskan pejabat saya untuk berkomunikasi dengan Bareskrim Mabes Polri," kata Risma, dikutip dari Antara, Selasa (29/06/2021).

Baca Juga:Kerja Sama dengan Bareskrim Polri, Kemensos akan Tindak Tegas Oknum Pendamping Program PKH

Setelah melakukan konsultasi temuan adanya dugaan penyalahgunaan dana bansos PKH tersebut, Bareskrim Mabes Polri menyarankan agar melakukan pelaporan langsung ke Polres Malang, supaya penanganan kasus tersebut lebih cepat.

Menurut Risma, laporan tersebut telah disampaikan ke Polres Malang kurang lebih selama satu minggu. Saat ini, Polres Malang telah melakukan penyidikan terkait adanya dugaan penyalahgunaan dana bansos, yang diduga dilakukan oleh oknum pendamping.

"Supaya lebih cepat, maka kemudian diminta langsung ke Polres Malang. Ini sudah satu minggu prosesnya," kata Risma menegaskan.

Menurut dia, ada sebanyak 14 warga Kabupaten Malang yang diduga menjadi korban penyalahgunaan dana bansos PKH tersebut. Diduga, sebanyak 14 orang warga tersebut tidak menerima hak mereka selama bertahun-tahun akibat disalahgunakan oleh oknum pendamping.

"Korban sebetulnya ada 32 kartu, tapi yang tidak diserahkan 14 ini. Nominalnya macam-macam. Ada yang Rp 3 juta per tahun, itu sudah lama sejak tahun 2017," kata Risma.

Baca Juga:Mensos Risma Polisikan Oknum Penyalahgunaan Dana PKH di Kabupaten Malang

Dana bansos PKH tersebut, lanjut Risma, diduga disalahgunakan sehingga tidak diterima oleh keluarga penerima manfaat. Jika nantinya oknum tersebut terbukti melakukan penyalahgunaan dana bansos, Kementerian Sosial akan memberikan sanksi tegas.

"Sanksi yang pertama kalau terbukti pasti pidana. Kemudian pemberhentian dari kami sebagai pendamping," tegas Risma.

Saat ini, lanjut Risma, pihaknya tengah melakukan proses percepatan agar para keluarga penerima manfaat yang selama ini tidak mendapatkan haknya bisa segera menerima hak mereka.

Dalam kesempatan itu, Risma menyerahkan Kartu Keluarga Sejahtera kepada warga yang dalam beberapa tahun terakhir ini tidak mendapatkan haknya, karena ulah oknum pendamping tersebut.

"Yang jelas ini yang 14 kita serahkan supaya bulan depan mereka bisa terima. Karena kalau ini lambat mereka terimanya tiga bulan lagi," kata Risma.

Selain Kabupaten Malang, Risma mengaku Kemensos juga mendapat laporan serupa di beberapa daerah lain yang ada di Indonesia. Risma mengancam akan memberikan sanksi tegas kepada seluruh oknum yang melakukan penyalahgunaan dana bansos.

"Ada di daerah lain, ini masih dalam penyidikan. Polres Malang ini paling cepat. Jadi karena itu kita masih menunggu di beberapa daerah," kata Risma.

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Malang AKP Donny K Baralangi menambahkan, saat ini pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap kurang lebih 30 orang saksi terkait kasus penyalahgunaan dana bansos PKH tersebut.

Donny mengatakan, selain melakukan pemeriksaan saksi-saksi tersebut, pihaknya juga telah mengantongi barang bukti berupa buku rekening, rekening koran, termasuk kartu keluarga sejahtera yang seharusnya diterima oleh warga.

"Saat ini proses penyidikan sedang berjalan, kami segera menetapkan status tersangka," kata Donny.

Donny menambahkan, ulah seorang oknum pendamping tersebut diperkirakan menyebabkan kerugian mencapai Rp 450 juta. Kerugian tersebut terjadi pada periode 2017-2021, akibat perbuatan oknum pendamping tersebut.

"Kurang lebih kerugian itu sekitar Rp 450 juta pada periode 2017-2020. Dan untuk sementara, pelaku merupakan individu," kata Donny.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini