Ayat 2: Alladzii jama’a maalaaw wa’addadah.
Artinya, “yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung.”
Kata addadahu berasal dari kata ‘adda yang artinya menghitung. Kata ini menggambarkan si pencela itu bukan hanya mengumpulkan harta tetapi begitu cinta harta hingga setiap saat menghitungnya.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, agaknya penyebab menggunjing dan mencela serta merasa lebih tinggi dari orang lain adalah harta dan angan-angan yang panjang.
Baca Juga:Surat Al Kafirun Ayat 1-6: Keutamaan dan Tafsirnya
Ayat 3: Yahsabu anna maalahuu akhladah.

Artinya, “dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.”
Kata akhladahu berasal dari kata al khuld yang artinya kekal. Dalam ayat ini digunakan bentuk kata kerja lampau (fi’il madhi), tetapi maksudnya adalah masa datang (mudhari’). Mengisyaratkan persangkaannya itu sangat mantap seperti kepastian yang pasti terjadi. Ia merasa selamanya akan dalam kondisi itu, banyak harta, banyak pengikut, memiliki kekuasaan.
Ayat 4: Kallaa layumbadzanna fil huthomah.
Artinya, ”sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.”
Baca Juga:Surat Al Kahfi Ayat 1-10: Manfaat dan Keutamaan Selamat dari Kiamat dan Dajjal
Kata al huthamah berasal dari kata hathama yang artinya hancur. Dengan demikian secara bahasa, al huthamah artinya sangat menghancurkan dan membinasakan.