SuaraJatim.id - Pasuruan adalah kota tertua kedua di Jawa Timur yang memiliki nama kuno Pasoeroean, pa–soeroe-an yang artinya tempat tumbuh tanaman suruh atau kumpulan daun suruh. Salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan pusat pemerintahan berada di Bangil.
Kabupaten Pasuruan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Probolinggo di sebelah Timur, Kabupaten Malang disebelah Selatan, Kota Batu di sebelah Barat Daya, dan Kabupaten Mojokerto di sebelah Barat.
Sejarah Kabupaten yang telah berusia 1092 tahun ini bermula dari peradaban Kerajaan Kalingga atau Ho Ling yang dibawah pemerintahan Raja Sima.
Kemudian pada tahun 742 – 755 Masehi, Ibu Kota Kerajaan Kalingga dipindahkan ke Wilayah Timur oleh Raja Kiyen ke daerah Pulokerto, sebuah desa di wilayah kecamatan Kraton Kabupaten Pasoeroen.
Baca Juga:Sejarah Kabupaten Pamekasan dan Kisah Raja Ronggosukowati
Setelah masa kejayaan Kalingga berakhir, muncul kerajaan Mataram Kuno di bawah kekuasaan Dinasti Sanjaya dengan dipimpin oleh Raja Rakai Pikatan.
Pada tahun 929, seorang Raja dari keluarga lain memerintah yakni Mpu Sindok yang menggeser pusat pemerintah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan ibukota kerajaan Tawlang (Desa Tembelang). Mpu Sindok telah mengeluarkan lebih dari 20 prasasti.
Pada jaman Majapahit dari abad ke XII hingga XIV nama Pasuruan sebagai nama hunian masyarakat dikenal pertama kali dan tertulis dalam Kitab Negara Kertagama karangan Empu Prapanca.
Setelah itu bermunculanlah kerajaan Islam seperti Kerajaan Demak Bintoro, Kerajaan Giri Kedaton, Kerajaan Pajang dan Kerajaan Mataram.
Dalam kekuasaan kerajaan Giri, salah satu peninggalan utamanya adalah daerah yang merupakan tempat meletakkan dasar dasar dakwah dengan membuka langgar dan tempat mengaji yang dinamakan Sidogiri.
Baca Juga:Sebanyak 2.970 Rumah Rusak Diterjang Awan Panas Guguran Gunung Semeru
Pada masa Kerajaan Demak abad ke XV, Pasoeroean memiliki peranan penting dalam penyebaran agama Islam, bahkan Adipati Pasoeroean berhasil memperluas kekuasaannya hingga Kediri.
Pada masa Kolonial Belanda, berdasarkan Staatblad 1900 No. 334 tanggal 1 Januari 1901 dibentuklah Kabupaten Pasoeroean yang berbatasan dengan Madura, Laut Hindia, dan di bagian barat berbatasan dengan Residen Kediri dan Surabaya.
Setelah melalui kajian diperoleh lima kriteria dalam penetapan hari jadi yang disetujui oleh masyarakat Pasoeroean yakni :
- Adanya periode sejarah tertua
- Bukti tertulis dan peninggalan yang tertua
- Pemukiman yang tertua
- Struktur pemerintahan tertua dan bersifat Indonesia – Sentris
- Menunjukkan kebanggaan pada peradaban lokal
Maka pada hari Jumat Pahing, 18 September 929 M didapatlah hari kelahiran Kabupaten Pasoeroean berdasarkan dari Prasasti Cungrang / Sukci yang terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol.
Kabupaten yang dijuluki Kota pegunungan ini dikenal sebagai daerah perindustrian, pertanian, dan tujuan wisata.
Dalam perekonomian Kabupaten Pasuruan memiliki visi dan misi yaitu mewujudkan ketahanan pangan, mewujudkan kesejahteraan petani, meningkatkan tata kelola dinas yang transparan dan professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kabupaten Kota Pasuruan mendapat julukan sebagai kota santri, sehingga seni dan budaya di daerah ini banyak dijumpai nuansa Islami.
Terdapat beberapa ciri khas daerah Kabupaten Pasuruan seperti kesenian, makanan khas, senjata dll.
Tari Terbang Bandung merupakan salah satu kesenian Kabupaten Pasuruan yang dilestarikan, dimana berisi sebuah drama tradisional khas rakyat Pasuruan yang merupakan perkembangan dari seni Hadrah.
Adapula Tari Merak Abyor yang mengadaptasi dari kehidupan burung merak yang bercengkerama dengan alam. Tarian ini melambangkan keanggunan, keindahan dan kelincahan. Kemudian ada pula Tari Kencring Wirasari yang melambangkan semarak gerak dan gemerincingnya ginseng.
Ciri khas berikutnya adalah Pencak Silat Kuntu, aliran silat tertua di Kota Pasuruan yang berada di Pedukuhan Mancilan dan telah ada sejak jaman Belanda. Aliran pencak silat telah terus berkembang dengan melahirkan banyak pendekar.
Pasuruan juga memiliki alat kesenian yakni Tabuh Lesung yang merupakan permainan instrument yang unik dan menarik, karena dimainkan pada saat para petani panen padi. Dengan cara menggunakan lesung berukuran panjang yang ditabuh oleh enam orang atau lebih sehingga menghasilkan bunyi.
Terdapat pula seni bernuansa Islam lain yakni Seni Hadrah Ishari memiliki keistimewaan yakni suara rebana yang khas bertalu talu dipadu dengan vocal yang nyaring.
Untuk senjata tradisional wilayah Jawa Timur antara lain Bionet, Clurit, Buding, Caluk, Keris dan lain-lain:
Salah satu wilayah yang juga dikunjungi wisatawan adalah Pasuruan, maka disini banyak tempat wisata yang indah baik alam maupun buatan diantaranya:
1. Masjid Cheng hoo
Masjid Cheng Hoo dikenal karena keunikan dan gaya arsitekturnya yang artistik. Dibangun dengan memadukan unsur Islami, budaya Jawa dan Cina menjadikan masjid ini megah dan indah.
2. Candi Jawi
Kitab Negarakertagama menamakan Candi Jawi sebagai Jajawa atau Jawa jawa. Candi ini berpola khas candi Hindu dengan puncaknya yang lain daripada yang lain dengan tersusun atas 2 mahkota yakni ratna dan stupa.
3. Air terjun kakek bodo
Untuk para pecinta alam, wajib mengunjungi air terjun Kakek Bodo yang indah nan asri. Terdapat fasilitas lain ditempat ini diantaranya kolam renang, area camp ground, serta tempat ziarah.
Masih berkaitan dengan wisata, Pasuruan juga memiliki kuliner yang khas dan beragam, adalah :
1. Klepon Khas Gempol
Adalah jajanan khas Pasuruan khususnya daerah Gempol yakni klepon yang terbuat dari ketan, berbentuk bulat berwarna hijau, dan dibalut kelapa parut di bagian luarnya, sedangkan di bagian dalam berisi gula merah.
2. Lontong Kupang Kraton
Adalah makanan khas Pasuruan yang berbahan dasar kupang ( hewan laut kecil yang mirip dengan kerang) disajikan dengan lontong dan taburan bawang goreng.
3. Rawon Sate Komoh
Kuah rempah rempah dilengkapi dengan daging sapi, daun mlinjo, dan taburan tauge ini bernama Rawon Sate Komoh yang juga merupakan makanan khas Pasuruan.
4. Nasi Punel Bungil Khas Pasuruan
Nasi Punel Bungil adalah nasi yang bertekstur lengket dan memiliki rasa lebih manis dan dibuat dari beras yang ditanam khusus oleh para petani.
Nasi Punel Bungil merupakan makanan khas Pasuruan yang banyak diminati wisatawan.
Kabupaten Pasuruan dipimpin oleh Bupati H. Dade Angga, SIP dan Wakil Bupati Eddy Paripurna periode 2008 – 2013.
Pasangan ini menggantikan Jusbakir Aldjufri dan Muzammil Syafi’I ditahun sebelumnya.
Dade sendiri pernah menjabat sebagai Bupati Pasuruan periode 1998 – 2003.
Saat ini Kabupaten Pasuruan dipimpin oleh seorang Bupati bernama H.Irsyad Yusuf merupakan adik Saifullah Yusuf periode 2013 – 2018.
Kabupaten Pasuruan terdiri dari 24 kecamatan, 24 kelurahan, dan 341 desa. Demikian sejarah Kabupaten Pasuruan.
Kontributor : Jeffri Jeff