Cerita Mantan Ajudan Gus Dur saat Bawa Batu Nisan Naik Pesawat

Hal itu ia ungkapkan melalui sebuah utas berjudul 'Gendong nisan makam Gus Dur di pesawat'.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Rabu, 18 Mei 2022 | 13:13 WIB
Cerita Mantan Ajudan Gus Dur saat Bawa Batu Nisan Naik Pesawat
Ilustrasi Gus Dur- Cerita Mantan Ajudan Gus Dur saat Bawa Batu Nisan Naik Pesawat. [NU.or.id]

SuaraJatim.id - Mantan ajudan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, Priyo Sambadha Wirowijoyo lewat akun twitternya @PSambadha membeberkan tentang pengalamannya saat membawa nisan makam Gus Dur di pesawat.

Hal itu ia ungkapkan melalui sebuah utas berjudul 'Gendong nisan makam Gus Dur di pesawat'.

"sedang melamun sendirian, tetiba saya teringat ketika saya membawa nisan makam Gus Dur yang lama dari Jombang ke Jakarta naik pesawat. Ada kejadian menarik lucu di Bandara Juanda Surabaya. Mau dengar?," cuitnya.

Ia menjelaskan, makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur itu sebelumnya hanya ditandai dengan dua buah patok putih yang terbuat dari semen. 

Baca Juga:Pesan Lily Wahid ke Gubernur Khofifah Sebelum Wafat

Selanjutnya pada tahun 2017, patok semen yang di bagian atas atau kepala diganti dengan batu pualam warna hijau lumut yang bertuliskan dalam 4 bahasa: 'Di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan'. 

Kalimat tersebut sesuai dengan wasiat almarhumah.

Bukan tanpa alasan, kalimat tersebut ditulis dengan 4 bahasa dengan pertimbangan karena almarhumah Gus Dur sudah 'jadi milik dunia', tak hanya Indonesia. Hal itu terbukti dari ribuan peziarah yang setiap hari datang dari berbagai etnis, agama, golongan, dan bangsa.

Ia melanjutkan, nisan tersebut terbuat dari semen cor dengan tulang besi beton. Ukurannya sekitar tinggi 40 cm, lebar 15 cm, dan tebal 10 cm. Bentuknya sangat sederhana, dengan ujung mengerucut berwarna putih.

Ketika acara penggantian nisan tersebut, semua keluarga inti Gus Dur hadir di Tebuireng Jombang.

Baca Juga:Detik-detik Jenazah Lily Wahid Disemayamkan di Tebuireng, Zikir dan Tahlil Terus Berkumandang

Tak lama setelah nisan lama dicabut, sang istri Shinta Nuriyah Wahid menyuruhnya untuk membawa pulang pathok yang lama.

Saat akan membawa pulang ke Jakarta, ia pun merasa bingung soal bagaimana cara membawa pulang batu nisan tersebut. 

"karena kalau saya masukkan ke bagasi pesawat, saya gak tega. Juga gak berani, lebih tepatnya," lanjutnya.

Menurutnya, nisan bagian kepala bukan barang yang bisa dimainkan. Melainkan harus diperlakukan dengan sangat hormat.

Namun di sisi lain, jika membawanya ke kabin akan mendapat masalah. Terutama saat akan melewati XRay.

Setelah mempertimbangkan beberapa saat, ia pun memutuskan untuk membawa nisan tersebut ke kabin pesawat dengan segala resikonya.

Bahkan ia berpikir jika pada akhirnya tidak masuk, ia akan naik kereta api. 

Ia pun membungkus nisan tersebut dengan beberapa lapis koran bekas lalu dibalut dengan kain putih. Ia ikat kencang kemudian ia bopong atau gendong sepanjang jalan ke Bandara Juanda.

Sesampainya di bandara, ia sampai di pemeriksaan pertama yakni melalui xray. Ia pun menunggu dengan tegang. Beruntung, ia berhasil melewati pemeriksaan.

Selanjutnya ia tiba di pemeriksaan kedua, dimana petugasnya lebih banyak. 

Namun, saat bersiap menjemput nisan, petugas menanyakan perihal barang yang dibawanya.

Ia kemudian berkata jujur jika dirinya membawa batu nisan. Petugas pun dengan sigap membuka bungkusan yang didekapnya sepanjang jalan itu.

Setelah sekian waktu pemeriksaan, petugas pun akhirnya yakin jika barang tersebut memang merupakan batu nisan asli.

Selanjutnya, petugas yang memiliki pangkat paling tinggi bertanya padanya.

"ok pak, pertanyaan saya, kenapa bapak tidak masukkan saja batu nisan ini ke bagasi?," tanya petugas.

"saya tidak berani," jawabnya.

"kenapa tidak berani," sautnya.

"takut pecah," jawab Priyo.

"kan bisa dipacking yang rapi pak," saut petugas.

"saya juga takut kuwalat," jawabnya lagi.

"hehehe, emang ini nisan makamnya siapa sih pak?," tanyanya sambil tersenyum geli, diikuti petugas lain.

Ia sempat terdiam, hingga petugas kembali mengulangi pertanyaanya.

"makam siapa pak?," tanya petugas.

"itu nisan makamnya Gus Dur," jawabnya dengan 'terpaksa'.

"hah?! Makam Gus Dur," ujarnya dengan wajah  yang langsung berubah.

Usai percakapan itu, ia pun berhasil membawa nisan ke dalam pesawat dengan tenang.

"dan adegan setelah ini gak perlu saya ceritakan ya, bagaimana saya lalu dengan bahagianya melenggang kangkung senyum-senyum masuk pesawat sambil memeluk nisan makam Gus Dur. God bless u all. Sekian," tutupnya.

Kontributor : Fisca Tanjung

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini