SuaraJatim.id - Salah satu dosen Jurusan Hubungan Internasional (HI) FISIP Universitas Brawijaya, Yusli Effendi, memberi pengakuan cukup mengejutkan terkait mahasiswanya berinisial IA.
IA ini ditangkap oleh Tim Densus 88 anti-teror pada Senin (23/5/2022) kemarin. Ia diduga sebagai simpatisan ekstremis ISIS. Keterlibatannya antara lain mengumpulkan dana untuk ISIS.
Menurut Yusli, sudah lama Ia memantau media sosial atau akun Instagram mahasiswanya itu. Ia juga sempat berkomunikasi dan hasilnya menyimpulkan kalau IA memang keras kepala.
"Ternyata dia memang atos. Saya tanya 'ngapsin sih kamu kayak gini?' Dia jawab 'salah saya dimana? Ini saya dakwah'. Di media sosial sudah terpapar sampai seserius itu," ujarnya.
Baca Juga:Mahasiswa UB Malang Dibekuk Tim Densus Gegara Kepul Dana Buat ISIS, Begini Respons Keras Dosennya
"Saya lihat instagramnya baru ketahuan kalau memang ideologinya radikalisme seperti itu," ujarnya.
Melalui postingan akun instagram IA waktu itu, Yusli menjelaskan, IA sering mengunggah suatu ujaran kebencian.
"Propagandanya ISIS banget. Menyebarkan ujaran kebencian ke NU. Kebencian ke Syiah. Syiah harus dibunuh itu semua di Instagramnya," kata dia.
Akhirnya, beberapa waktu kemudian, Yusli mencoba mengobrol dengan mahasiswanya itu. Dia ingin mengetahui secara langsung pandangan IA.
Dengan obrolan tersebut, Yusli mulai yakin bahwa mahasiswanya itu memahami paham radikalisme dan ekstrimisme.
Baca Juga:Sergio Silva Optimistis dengan Kekuatan Arema FC Musim 2022/2023
"Tapi saya waktu itu hanya berpikir bahwa itu hanya ide yang berada di pikiran. Belum ide yang diaktualisasi menjadi kegiatan," katanya.
"Dan kalau di tingkatan akademis semua ide itu dihormati. Ya kayak yang megang paham komunisme atau apa ya gak papa selama itu ada di pikiran," ujarnya menambahkan.
Yusli menambahkan, dia tidak setuju terkait pemberitaan selama ini bahwa IA adalah mahasiswa yang pintar.
"Saya tekankan gak pintar ya biasa IP 3 dan ikut kompetisi-kompetisi juga endak. (IA adalah) mahasiwa standard-standard saja," kata dia.
Sementara itu, pihak UB sebenarnya sudah membentengi mahasiswanya dengan program-program deradikalisme seperti gerakan anti radikalisme.
Menanggapi itu, Yusli berpendapat, program itu tidaklah efektif jika bertujuan untuk mengubah paham radikalisme seorang mahasiswa.