Fakta-fakta Kasus Bocah SD Koma Setelah Dianiaya Kakak Kelasnya di Malang

Publik kemarin digegerkan dengan viral video seorang bocah SD di Malang Jawa Timur ( Jatim ) bernama Marcello Widy Febrian

Muhammad Taufiq
Kamis, 24 November 2022 | 10:00 WIB
Fakta-fakta Kasus Bocah SD Koma Setelah Dianiaya Kakak Kelasnya di Malang
Bocah SD di Malang dikeroyok temannya [Foto: Tangkapan layar Instagram]

SuaraJatim.id - Publik kemarin digegerkan dengan viral video seorang bocah SD di Malang Jawa Timur ( Jatim ) bernama Marcello Widy Febrian yang dikabarkan koma setelah dianiaya oleh kakak kelasnya.

Ternyata benar, kasus ini kini sedang diselidiki oleh kepolisian setempat. Bocah itu sempat dirawat di rumah sakit. Ia dianiaya kakak kelasnya satu sekolahan di SD Desa Jenggolo Kecamatan Kepanjeng Kabupaten Malang.

Nah, berikut ini fakta-fakta kasus tersebut sesuai dengan pengakuan ibu, ayah dan kepolisian.

1. Dikeroyok kakak kelasnya

Baca Juga:Sorotan Kemarin, Bocah SD di Malang Koma Dianiaya Kakak Kelas sampai Ibu Jual Ginjal di Tuban

Menurut ibunya, Dewi Sulistyowati, bocah tersebut bernama Marcello Widy Febrian. Bocah berumur 7 tahun itu merupakan warga Desa Kalinyamat Jenggolo, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Ibu korban mengatakan bahwa anaknya mengaku dikeroyok oleh kakak kelasnya. Peristiwa itu terjadi pada hari Jumat, 11 Agustus 2022 lalu. buah hatinya sempat dianiaya oleh kakak kelasnya saat pulang sekolah.

Lokasinya di Jembatan Sengguruh, Kepanjen. Bahkan korban sempat mengeluh sakit pada bagian kepala dan perutnya sampai akhirnya dirawat di rumah sakit.

2. Sempat koma tak sadarkan diri

Marcello Widy Febrian merupakan murid kelas 2 SDN Jenggolo 1. Ia dirawat di Rumah Sakit Islam Gondanglegi sejak tanggal 17 November 2022. Ia kemudian dinyatakan koma.

Baca Juga:Pelecehan Seksual, Viral Mahasiswa Brawijaya Malang Grepe-grepe Perempuan Tidur

Videonya saat dirawat di rumah sakit sempat viral. Dalam video yang diunggah oleh akun tersebut terlihat bocah laki-laki mengenakan kaos polo garis-garis tengah terbaring di kasur. Tampak di hidungnya diberi selang alat bantu pernafasan.

Sementara di tangannya terdapat infus. Bocah tersebut terlihat tidak merespon ketika tangannya dipegang. Matanya juga tampak sedikit terbuka.

3. Sudah lapor polisi

Kasus ini sudah diselidiki oleh kepolisian setempat. Seperti dijelaskan Kasi Humas Polres Malang Iptu Ahmad Taufik mengatakan kasus pengeroyokan atau penganiayaan sudah ditangani penyidik. Visum juga telah dilakukan.

"Penyidik sudah melakukan pemeriksaan pihak sekolah dan tujuh anak diduga pelaku penganiayaan," ujarnya, Rabu (23/11/2022).

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, diketahui korban memang acap kali jadi sasaran penganiayaan. "Kerap jadi korban bullying dan penganiayaan sejak kelas 1," katanya.

4. Korban tak berani cerita

Edi Subandi, ayah korban mengatakan peristiwa ini dimulai pada Jumat, 11 November 2022. Saat itu MWF telat pulang sekolah. Di rumah, Ia lalu menangis histeris. Namun, korban tidak menceritakan apa penyebabnya. "Ke kita (orang tua korban) tidak berani bilang," ujarnya.

Keesokan harinya, lanjut dia, korban muntah-muntah sehingga memutuskan untuk tidak masuk sekolah. "Saya pikir tifusnya kambuh, saya periksa ke bidan langganan. Mualnya mereda tapi tetap pusing," katanya menambahkan.

Tiga hari kemudian, pusing kian parah hingga korban kejang-kejang. Keesokan paginya dibawa ke rumah sakit dan saat ini kondisinya telah membaik. Nah, saat itulah MWF menceritakan apa yang menimpanya.

5. Motif pengeroyokan pemalakan

Lantaran peristiwa yang dialami anaknya mengancam nyawa, pihaknya memutuskan untuk melapor polisi. "Ini urusannya nyawa," ujarnya.

Edi Subandi juga mengatakan kalau motif penganiayaan tersebut adalah pemalakan. Korban saat itu dipalak oleh kakak kelasnya yang mayoritas kelas 6 lalu dikeroyok.

Ini terungkap setelah anaknya sadar. "Dia tidak pernah cerita, ternyata korbannya sudah banyak (selain MWF). Kalau tidak dikasih uang, Pasti ada kekerasan," kata Edi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini