SuaraJatim.id - Warga di Desa Sumberagung, Tulungagung, Jawa Timur, kembali melakukan aksi protes atas kerusakan jalan di daerahnya dengan cara menanami badan jalan desa sepanjang 1,5 kilometer dengan puluhan pohon pisang dan bibit kelapa muda.
Warga desa menyebut, aksi tanam pohon dilakukan sejak Rabu (8/3), setelah terjadi kecelakaan tunggal akibat jalan rusak itu sehingga korban mengalami luka parah dan harus dilarikan ke rumah sakit.
"Kami sudah pernah protes masalah jalan rusak ini dan mengadu ke Dewan (DPRD Tulungagung), sudah pernah ada kesepakatan, namun tidak kunjung ada tindak lanjut seperti yang warga inginkan," kata Arifin, salah satu warga Desa Sumberagung, Minggu (12/3/2023).
Pantauan di lapangan, kerusakan jalan tergolong parah. Banyak lapisan aspal yang sudah terkelupas sehingga menyisakan lapisan batu.
Baca Juga:Sepak Terjang Ali Mannagalli Parawansa, Anak Gubernur Jatim yang Mundur dari Demokrat
Di banyak ruas jalan sepanjang 1,5 kilometer yang ditanami pohon sebagian bahkan tergerus sehingga membentuk banyak kubangan. Jalan tidak rata.
Pengendara yang melintas harus ekstra hati-hati dan berjalan pelan, karena dilalui kendaraan sudah tidak nyaman.
"Kami tidak menutup jalan, tetapi mengamankan jalan. Jangan sampai jalannya semakin rusak parah," kata Hadi, warga lain.
Dikatakan, aksi itu dipicu oleh kegeraman masyarakat terhadap kondisi jalan di desanya yang rusak parah sejak tiga tahun terakhir, akibat aktivitas truk tambang batu andesit yang sudah berjalan lebih dari dua tahun.
Rusaknya jalan sepanjang 1,5 kilometer tersebut dinilai sangat mengganggu aktivitas warga. Kondisi itu semakin parah saat musim penghujan. Jalan becek dan banyak kubangan air. Pada saat cuaca panas, jalan tersebut berdebu.
Baca Juga:Daniel Soekarno, Remaja Indonesia-Kanada Ini, Berhasil Mencuri Perhatian Netizen
Selain menanam aneka pohon dan tanaman hias di tengah jalan, warga juga memasang aneka tulisan bernada satire.
Tulisan di papan triplek dan poster ukuran kecil yang dipasang pada pohon yang ditanam di tengah jalan itu antara lain berbunyi; "Trek Watu Dilarang Melintas. Awas ngeyel" (truk muatan batu dilarang melintas. Awas kalau nekat), "Jalan Berdebu. Pakai Masker", "Awas Jalan Makadam", dan masih banyak lagi.
Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Tulungagung Ali Munip saat memediasi warga dengan penambang saat pertemuan di DPRD Tulungagung mengatakan, jalan rusak disebabkan truk tambang yang melebihi tonase.
Jalan Desa Sumberagung merupakan jalan kelas tiga dengan beban maksimal 8 ton, namun truk tambang yang lewat jalan tersebut bertonase lebih dari bisa mencapai 12-18 ton.
Selain itu, armada yang melintas disebut warga sangat banyak. Sehari bisa lebih dari 100 kali melintas, sehingga membuat jalanan semakin rusak.
"Saya kira jalan itu rusak tak disebabkan truk batu saja, tapi juga truk pasir dan sebagainya,” ujarnya.
Setelah dilakukan mediasi antara warga dan penambang di DPRD Tulungagung, kedua pihak sepakat membatasi tonase truk tak lebih dari delapan ton.
Namun kenyataannya, menurut warga tonase muatan tidak banyak berkurang dan tidak ada upaya penegakan aturan kepada penambang ataupun pemilik armada yang mengangkut bahan tambang di desa mereka. (Antara)