Hermawan Sulistyo Ajak Generasi Muda Surabaya Mengenang Tragedi 1998 Agar Tak Terulang

Hermawan Sulistyo bergabung dengan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) tragedi 1998.

Baehaqi Almutoif
Jum'at, 01 September 2023 | 08:30 WIB
Hermawan Sulistyo Ajak Generasi Muda Surabaya Mengenang Tragedi 1998 Agar Tak Terulang
Hermawan Sulistyo saat memperlihatkan buku yang pernah ia tulis terkait tragedi 1998. [Yuliharto Simon]

SuaraJatim.id - Sebagian orang mungkin sudah lupa dengan tragedi 1998, momen saat banyaknya aktivis yang hilang.

Namun, tidak untuk sebagian orang. Kisah kelam bangsa masa kekuasaan Soeharto sebagai Presiden RI itu sepertinya akan sulit dilupakan.

Apalagi, mereka yang terlibat dan merasakan langsung kejadian kala itu. Salah satunya adalah Hermawan Sulistyo. Pada Kamis (31/8/2023), ia dan Gerakan Pemuda Surabaya kembali mengajak generasi muda mengenang kejadian saat tersebut.

Hermawan Sulistyo tidak ingin kejadian itu terulang kembali. Menurutnya, tragedi 1998 itu merupakan sisi kelam sejarah Indonesia. Banyak aktivitas yang hilang, salah satu di antaranya ialah Petrus Bima Anugrah dan Herman Hendrawan.

Baca Juga:Pelaku Pencurian Limbah Medis RSUD dr Soewandhie Diamankan, Polisi Dalami Modusnya

Setelah tragedi kelam itu, pria yang akrab disapa Mas Kiki tersebut bergabung dalam Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).

Mas Kiki memimpin sebagai ketua tim untuk menginterogasi beberapa jenderal.

“Kami interogasi 15 jenderal,” ucapnya saat konferensi pers dalam peringatan 25 tahun kerusuhan dan masa kelam Indonesia, di Garden Palace Hotel Surabaya, Kamis (31/8/2023).

Sebagai ketua tim TGPF waktu itu, Hermawan mengaku mempunyai kewenangan lebih. Ia bisa memasukkan ke penjara orang yang terlibat tragedi 1998. Tapi dirinya memilih merekonstruksi bangsa daripada balas dendam.

Ia menggunakan empat kuadran sebagai penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu itu.

Baca Juga:Diduga Curi Limbah Medis, Oknum Cleaning Service RS Soewandhi Surabaya Dilaporkan ke Polisi

“Dimaafkan tapi tidak dilupakan, dimaafkan dan dilupakan, tidak dimaafkan dan tidak dilupakan juga tidak dimaafkan tapi tidak dilupakan. Itu yang saya pakai. Kalau saya pribadi tidak dilupakan tapi dimaafkan dengan beberapa pertimbangan," bebernya.

Saat ditanya isu pelanggaran HAM ini selalu muncul menjelang tahun politik. Dirinya mengingatkan masyarakat menggunakan hak pilihnya agar memilih pemimpin yang lebih baik di 2024, serta menyelesaikan persoalan masa lampau. "Ini tergantung pilihan kita nanti," tambahnya.

Kontributor : Yuliharto Simon Christian Yeremia

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini