SuaraJatim.id - Pilkada 2024 ada lima daerah yang hanya diikuti satu pasangan calon (paslon) kepala daerah.
Kelima daerah tersebut, yakni Trenggalek, Ngawi, Gresik, Kota Pasuruan dan Surabaya. Paslon di daerah-daerah tersebut akan melawan kotak kosong.
Belakangan muncul fenomena kampanye ajakan mencoblos kotak kosong di sejumlah daerah yang hanya diikuti satu paslon tersebut. Surabaya misalnya, beberapa kelompok masyarakat mulai menyuarakannya.
Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam melihat ajakan tersebut sebagai fenomena yang wajar. Dia menilai mengkampayekan kotak kosong merupakan ekspresi politik yang lazim terjadi.
Baca Juga:Kebakaran JPO Jalan Pemuda Surabaya Bikin Heboh, Tidak Ada Korban Jiwa
"Ya wajar saja ada yang pro dan kontra, setuju dan tidak setuju itu merupakan hal yang wajar. Dan motif orang kan macam-macam," ujarnya dikutip dari Ketik.co.id--partner Suara.com, Senin (7/10/2024).
Hanya saja, dia mengingatkan mengenai tujuan di balik aksi itu. Harusnya di setiap ajakan memiliki maksud melakukannya.
"Tujuannya apa? Pastikan harus ada. Jangan sampai mengajak memilih kotak kosong itu hanya dengan alasan emosional," katanya.
Surokim menilai, alasan terbesar adanya kelompok masyarakat yang turun ke jalan mengkampayekan kotak kosong, karena dipicu kekecewaan terhadap partai politik.
Dia melihat, partai politik dinilai telah gagal menghadirkan kader-kader terbaiknya untuk ikut dalam kontestasi politik Pemilihan Kepala Daerah di Surabaya.
Baca Juga:Bikin Geram! Kelakuan Ayah di Surabaya ke Anaknya Ini Sudah Kelewat Batas
"Sejauh ini alasan yang paling mengemuka adalah bentuk kekecewaan terhadap partai politik karena gagal memunculkan kadernya," paparnya.
Sekadar diketahui, kotak kosong telah diatur dalam undang-undang. Keberadaannya memberikan pilihan kepada masyarakat, meskipun hanya memiliki satu paslon.