SuaraJatim.id - Menyebut nama pocong, banyak dari kita langsung membayangkan sosok hantu yang menakutkan, melompat-lompat dengan kain kafan putih. Tapi di balik itu semua, ada hal yang lebih mistis lagi: tali pocong. Benda sederhana ini menyimpan beragam mitos yang berkembang luas di masyarakat.
Meski hanya seutas tali, konon kekuatannya tidak main-main. Dilansir dari YouTube Mitos atau Fakta, berikut lima mitos paling menyeramkan tentang tali pocong yang masih dipercaya hingga sekarang.
1. Pocong Gentayangan karena Talinya Tidak Dilepas
Mitos ini sangat populer, terutama karena sering muncul dalam sinetron horor Indonesia. Dikisahkan, pocong gentayangan karena tali di bagian atas kepala tidak dilepas saat dimakamkan.
Baca Juga:Mengapa Ada Orang yang Berani Bongkar Kuburan Malam-malam Demi Mengambil Tali Pocong?
Masyarakat percaya bahwa jika tali tersebut tidak dibuka, arwah si mayat tidak akan tenang dan terus gentayangan selama 40 hari. Konon, arwah tersebut akan muncul di mimpi orang-orang terdekat, meminta agar tali pocongnya dilepas agar bisa beristirahat dengan damai.
2. Tali Pocong Membuat Kebal Bacokan
Di tanah Jawa, berkembang mitos bahwa tali pocong bisa membuat seseorang kebal terhadap senjata tajam. Namun, menurut seorang ahli supranatural, kekebalan itu bukan datang dari talinya semata, melainkan karena ilmu sihir yang dipelajari seseorang.
Tali pocong hanya dianggap sebagai syarat atau medium untuk mendapatkan kekuatan dari guru spiritual atau dukun. Bahkan, tidak sedikit kasus di mana orang nekat mencuri tali pocong demi memenuhi permintaan dari gurunya dalam proses pembelajaran ilmu hitam.
3. Pesugihan Tali Pocong
Tekanan ekonomi membuat sebagian orang mengambil jalan pintas. Salah satunya adalah pesugihan, praktik mistik untuk mendapatkan kekayaan secara instan.
Dan dari sekian banyak bentuk pesugihan, tali pocong dianggap yang paling "praktis" karena tidak membutuhkan sesajen rumit atau tempat pemujaan tertentu.
Cukup menggali makam baru dan mengambil tali pocongnya, seseorang bisa melakukan ritual pesugihan. Tentu saja ini tindakan yang tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga sangat tidak etis. Sayangnya, masih saja ada yang percaya dan melakukannya demi kekayaan.
4. Tali Pocong Selasa Legi sebagai Jimat Sakti
Dalam kalender Jawa, hari Selasa Legi diyakini memiliki kekuatan mistik tersendiri. Masyarakat percaya bahwa orang yang meninggal di hari tersebut memiliki aura supranatural yang sangat kuat.
Akibatnya, tali pocong dari mayat yang dimakamkan pada Selasa Legi dianggap sebagai jimat ampuh. Karena itulah, keluarga almarhum biasanya berjaga di sekitar makam untuk mencegah adanya pencurian.
Sebelum penjagaan ketat diberlakukan, banyak kasus ditemukan di mana kuburan dibongkar dan talinya dicuri, meninggalkan kondisi makam yang berantakan.
5. Koleksi Tali Pocong untuk Ilmu Hitam
Mitos terakhir ini mungkin yang paling menyeramkan. Disebutkan bahwa beberapa praktisi ilmu hitam sengaja mengoleksi tali pocong, bahkan hingga puluhan helai.
Mereka percaya, semakin banyak tali yang dimiliki, maka semakin kuat pula kekuatan magis yang didapat. Dalam sebuah kesaksian, ada orang yang mengaku pernah mengumpulkan hingga 29 tali pocong dan merawatnya dengan memberi sesaji.
Ilmu hitam tersebut katanya bisa membuat orang menjadi populer di kalangan lawan jenis. Namun, si pelaku juga mengakui bahwa hidupnya tidak pernah tenang, seolah selalu dikejar oleh sesuatu yang tidak kasat mata.
Mitos-mitos seputar tali pocong memang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, namun tetap hidup di tengah masyarakat. Entah sebagai cerita horor, pelajaran moral, atau cermin dari ketakutan kolektif kita terhadap kematian dan hal gaib.
Satu hal yang pasti, keyakinan terhadap mitos ini tidak hanya berdampak pada cara pandang kita terhadap kematian, tapi juga pada perilaku manusia yang rela melakukan apa pun, bahkan hal yang tidak manusiawi, demi kekayaan atau kekuasaan.
Jika kita menelusuri lebih dalam, mungkin tali pocong hanyalah simbol. Simbol dari ketakutan, keinginan, dan batas tipis antara dunia nyata dan dunia tak kasat mata.
Kontributor : Dinar Oktarini