Cerita Lansia 90 Tahun Saat Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Semeru

Cucunya yang berusia 40 tahun langsung mengajak Sunayah untuk segera bergegas.

Suhardiman
Sabtu, 22 November 2025 | 10:41 WIB
Cerita Lansia 90 Tahun Saat Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Semeru
Sunayah (90) wanita lansia warga Kamar A, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, mengungsi di SDN Supiturang 4 akibat terdampak erupsi Gunung Semeru [Suara.com/ Verdy]
Baca 10 detik
  • Suyanah, lansia 90 tahun dari Dusun Kamar A, mengungsi saat erupsi Semeru, Rabu 19 November 2025.
  • Kondisi fisik Suyanah dan keluarga menghambat evakuasi mandiri hingga relawan menjemput.
  • Keesokan harinya, rumah Suyanah selamat dari timbunan, namun ia khawatir dengan hewan peliharaannya.

SuaraJatim.id - Di tengah riuhnya posko pengungsian di SDN Supiturang 4, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Suyanah hanya duduk termenung. Wanita lansia berusia 90 tahun ini tak mampu berjalan-jalan dengan baik.

Ia masih teringat kejadian erupsi Gunung Semeru yang menimpa rumahnya di Dusun Kamar A, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Rabu 19 November 2025 lalu.

"(Saat erupsi Semeru) mau sembahyang di rumah," kata Sunayah saat ditemui di lokasi.

Sunayah merasa suasana di rumahnya nampak berbeda. Dirinya mencoba keluar ke rumah melihat keadaan dan terlihat kelupan abu sudah membubung tinggi di atas puncak Gunung Semeru sekitar pukul 15.00 WIB.

Langitnya juga mulai gelap. Bunyi alarm peringatan erupsi Semeru pun berbunyi. Sumariyah mencoba bertanya kepada anggota keluarganya atas situasi saat itu. Tetangga sekeliling rumahnya mulai berlarian.

"Gunungnya itu keluar seperti asap gelap. Semua orang itu lari. Ada apa? Lalu itu kan ada seperti gardu sirine berbunyi. 'Loh itu kok bunyi, apa mau meletus?' lihat kok gelap semua," ujarnya.

"Semua orang itu kendaraannya dikeluarkan lalu 'ayo, ayo, budal ayo, budal, gunungnya mau meletus'," sambungnya.

Cucunya yang berusia 40 tahun langsung mengajak Sunayah untuk segera bergegas.

"Jadi katanya cucu saya, "Mak, ayo Mak, iku kok tanggane pada lari semua gunungnya gelap, semua gelap ya'. Ya tetangga itu sudah lari semua," ucapnya.

Namun, ia tak bisa berlari seperti tetangganya ketika itu karena kondisi fisiknya yang dimakan usia. Anak dan cucunya juga tidak dalam kondisi fit.

"Saya bagaimana? Orang tiga, anak saya itu sakit, cucu saya nggak seberapa sehat, ya saya sendiri nggak sehat," katanya.

"Iya, diam saja saya. Lalu ditelepon anak, gimana ini gunungnya mau meletus. 'Ya ngungsi Mak'," imbuhnya.

Tak lama, datang seorang relawan menggunakan motor menjemput Sunayah dan anak serta cucunya.

Sunayah langsung dibonceng bersama relawan menuju posko SDN Supiturang 4 tanpa membawa barang apapun di rumahnya.

"Lalu ada relawan naik motor lalu "Mari Mbah, ke sini Mbah. Jangan ketinggalan Mbah." gitu. Jadi, saya dibawa Gumukmas. Di Gumukmas banyak orang, langsung ke Supiturang aja gitu," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak