SuaraJatim.id - Ramadan saat pandemi virus corona memukul pendapatan jualan Fathonah (52) warga Desa Sidomukti, Kecamatan Manyar. Dia adalah pembuat macam-makan panganan khas Gresik, Jawa Timur. Binsis kuliner menurun hingga mencapai 50 persen.
Sebagai perbandingan, Ramadan tahun lalu Fathonah biasa memproduksi sebanyak 400 bungkus berbagai macam kue per harinya. Tapi melihat penjualnya semakin lesu, ia hanya memproduksi 150 bungkus per hari saja.
Fathonah membuat Bongko Kopyor, Srilangka dan Tetel Bumbu. Paling spesial adalah Bongko Kopyor, kudapan dengan cita rasa yang manis yang dibalut dengan daun pisang itu, menjadi takjil pilihan untuk berbuka puasa.
“Tidak banyak produksinya, karena orang pada takut keluar rumah. Jadi jajanan yang biasa diburu saat bulan puasa banyak yang tidak laku,” ungkap Fatonah saat ditemui di rumahnya, Senin (4/5/2020).
Untuk jajanan ini, biasanya fatonah membandrol dengan hrga Rp 7 ribu saja. Tapi dalam suasana pandemi hari ini, jajanan rata-rata hanya terjual sebanyak 70 bungkus. Artinya Fatonah hanya mendapatkan uang sebesar Rp 500 ribu per hari.
“Jajanan yang tidak laku otomatis dibuang, karena jajan basah gampang basi. Rugi besar kalau sudah terbuang,” ucapnya.
Kendati produksinya menurun, Fathonah tetap tidak mau mengurangi karyawanya. Alasanya di tengah covid-19 saat ini mereka harus tetap ada pemasukan. Apalagi yang diminta untuk membantu membuat jajanan, semuanya adalah tetangga dan saudaranya.
“Ada empat orang yang membantu memproduksi jajanan. Kalau bulan puasa kemarin, satu orang saya gaji Rp 1,5 juta. Tapi belum tahu besok, bisa jadi menurun gajinya karena penjualannya juga lagi susah,” tuturnya.
Bahkan karena wabah pandemi ini, banyak diantara perajin jajanan khas ramadhan itu gulung tikar. Mereka tidak berani berspekulasi karena takut rugi.
Baca Juga: Nongkrong di Warkop Gresik saat PSBB Surabaya Raya, Langsung Positif Corona
Di Desa Sidomukti sendiri, jika sebelumnya ada banyak warga yang memproduksi jajanan, kini hanya tinggal 4 orang yang bertahan.
“Kalau saya tetap produksi, tapi dikurangi. Jadi kalau tak laku, tidak banyak yang dibuang,” jelasnya.
Menurut Fathonah sendiri, jika ramadan sebelumnya, pemesanan kudapan khas Gresik bisa sampai ke luar kota. Kini pemesanan hanya di daerah sekitar desa saja. Itupun jumlah pemesananya sedikit.
“Dulu yang mesan banyak, daerah Surabaya, Malang, Sidoarjo. Sekarang hanya daerah sekitar,” katanya.
Kontributor : Amin Alamsyah
Berita Terkait
Terpopuler
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Emas Antam Menggila, Harga Naik Kembali ke Rp 1,9 Juta per Gram
-
Waduh! Cedera Kevin Diks Mengkhawatirkan, Batal Debut di Bundesliga
-
Shayne Pattynama Hilang, Sandy Walsh Unjuk Gigi di Buriram United
-
Danantara Tunjuk Ajudan Prabowo jadi Komisaris Waskita Karya
-
Punya Delapan Komisaris, PT KAI Jadi Sorotan Danantara
Terkini
-
Niat Sholat Rebo Wekasan di Bulan Safar, Amalan Tolak Bala Beserta Pandangan Ulama
-
Festival Mangrove, Gubernur Khofifah Ajak Warga Jaga Ekosistem dan Bangun Ekonomi Berkelanjutan
-
DPRD Jatim Kritik Anggaran untuk Isu Perempuan dan Anak di Rancangan P-APBD 2025
-
DPRD Jatim Soroti Defisit dan Ketergantungan SiLPA di P-APBD 2025 yang Membengkak
-
Diapresiasi Nasabah, BRI akan terus Akselerasi Inovasi dan Memperluas Jangkauan QLola