Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 29 Mei 2020 | 20:47 WIB
Koordinator Gugus Tugas Rumpun Logistik Covid-19 Jatim Subhan Wahyudiono. [Suara.com/Arry Saputra]

SuaraJatim.id - Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur memberikan penjelasan mengenai bantuan Mobil PCR yang dianggap oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini diserobot. Pihak Gugus Tugas Covid-19 Jatim menilai, emosi Risma diakibatkan adanya kesalahpahaman atau miss komunikasi.

Koordinator Gugus Tugas Rumpun Logistik Subhan Wahyudiono menjelaskan, kronologis permohonan bantuan Mobil PCR tersebut hingga tiba Jatim. Subhan menjelaskan, sebenarnya pihaknya sudah meminta bantuan ke Gugus Tugas Percepatan Covid-19 pusat sejak 11 Mei 2020.

"Permohonan itu berupa dukungan percepatan penegakan diagnosis Covid-19. Di surat itu, permohonan mesin PCR 15 unit. Malam hari Ibu Gubernur telepon Kepala BNPB Doni Monardo dan Pangdam, komunikasi untuk segera ada bantuan mobil unit PCR," jelas Subhan saat konferensi pers di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (29/5/2020).

Dalam perbincangan itu, Subhan mengatakan bahwa mobil PCR akan dikirim. Dan akhirnya, tiba di Jatim tepatnya di Surabaya pada 27 Mei 2020 dini hari, sekitar pukul 04.00 WIB. Setibanya di Surabaya, mobil tersebut langsung dioperasikan.

Baca Juga: Risma Marah Besar Dituding Tidak Bisa Kerja; Siapa yang Enggak Bisa Kerja?

"Mobil itu sepakat diterima di rumah sakit darurat atau rumah sakit lapangan di Jalan Indrapura. Kemudian, mobil itu beroperasi di RSUA (Rumah Sakit Universitas Airlangga) mengerjakan 200 sampel dan di Asrama Haji (Sukolilo) 100 sampel," katanya.

Untuk surat Wali Kota Risma yang meminjam mobil PCR tersebut, Subhan mengatakan diterima oleh Tim Gugus Tugas pada 22 Mei 2020. Surat itu belum dijawab, lantaran daerah lain sudah memesannya terlebih dahulu. Dia menduga, lantaran itu yang kemudian membuat Risma emosi sampai muncul ungkapan pernyataan perang.

"Mobil Unit ini datang 27 Mei, jadi surat wali kota pun saat ini belum kita jawab karena mobil ini langsung beroperasi. Tanggal 28 mobil diarahkan ke Sidoarjo dan Lamongan karena di sana juga banyak yang harus di lab," ujarnya.

Menurut Subhan, Mobil PCR ini tak hanya untuk Surabaya saja melainkan untuk semua daerah di Jatim yang membutuhkan. Alasan kenapa Surabaya belum bisa memakainya, karena daerah lain yang lebih dulu mengajukan dan kapasitas swab yang menumpuk sangat banyak.

"Kenapa juga Tulungagung? Karena di sana juga membutuhkan bantuan. Kapasitas swab yang perlu dilayani, karena di Tulungagung PDP tertinggi nomor dua di Jatim dengan 558 pasien. Di mana terdapat 172 pasien meninggal berstatus PDP sebelum di swab. Itu lah kronologis penerimaan bantuan mobil PCR ini. Oleh karena itu, mobil ini harus berkeliling ke daerah yang membutuhkan," ungkapnya.

Baca Juga: Murka Wali Kota Risma Soal Mobil PCR; Dokter Joni Lagi... Dokter Joni Lagi

Pada kesempatan yang sama, Ketua Gugus Tugas Kuratif Satgas Penanganan COVID-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi juga memberikan penjelasan, alasan Surabaya belum bisa memakai mobil tersebut.

"Kita sudah rundingkan semuanya waktu malam, mobil ini mau dikirim ke mana. Ternyata identifikasi di Sidoarjo sudah menunggu lama sehingga kita kirimkan ke Sidoarjo seharian di sana, hari kedua mobil sudah ada dua standby di rumah sakit darurat, sebelumnya sore kami sudah berkoordinasi, diskusi banyak sekali yang minta. Kemudian Tulungagung dan Lamongan juga banyak."

Joni mengatakan, Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Febria Rachmanita saat itu menegaskan stafnya untuk menyampaikan apakah ada jadwal di Surabaya untuk tes swab. Namun hal itu tak disampaikan sehingga membuat Mobil PCR di kirim ke Lamongan dan Tulungagung.

"Bu Feny menugaskan staf-nya Bu Deny kalau ndak salah, tapi Bu Deny tidak menyampaikan hari ini acaranya Surabaya apa, sehingga mobil kita kirim ke Lamongan dan Tulungagung. Ternyata pagi beliau telepon, saya minta mobilnya di Surabaya," kata Joni.

Karena terlambat mengabarkan, akhirnya dia meminta kepada pihak Pemkot Surabaya untuk menggunakan Mobil PCR tersebut Sabtu esok hari. Ia mengaku saat membicarakan hal tersebut juga dengan memakai nada yang datar tidak dengan emosi.

"Saya sudah bilang besok saja, karena sudah ada di sana, sudah janjian. Saya ngomongnya datar-datar saja," ucapnya.

Namun, akibat kejadian ini, Wali Kota Risma emosi hingga mengucapkan deklarasi untuk 'perang'. Sementara itu dr Joni mengatakan sudah berkoordinasi dengan staf yang ditugaskan beserta pihak kepolisian untuk besoknya mobil PCR dipakai di Surabaya untuk melakukan swab.

"Tadi sudah koordinasi dengan Bu Deny, Pak Kabag Ops, besok dua-duanya direncanakan di Surabaya, di RS Soewandhi 100, RS Husada utama 100 dan kampung tangguh. Satu mobil tapi belum pulang di Lamongan," jelasnya.

Kontributor : Arry Saputra

Load More