Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Selasa, 04 Agustus 2020 | 07:49 WIB
Sebagai ilustrasi: Siswa belajar di kelas dengan menerapkan protokol kesehatan yang anjurkan Kementerian Kesehatan Malaysia di Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia pada 15 Juli 2020. [Foto/ Anadolu Agency]

Hasil simulasi tersebut akan dibahas bersama sebelum sekolah itu diputuskan boleh melaksanakan proses belajar mengajar melalui tatap muka.

“Menunggu hasil rapat evaluasi bersama tim ahli, komite sekolah, Dinas Pendidikan, serta Gugus Tugas,” ujarnya lagi.

Sementara itu, Kepala SMPN 15 Surabaya, Shahibur Rachman mengatakan, pihaknya bersama 20 sekolah lain ditunjuk sebagai pilot project terkait kesiapan PBM di sekolah. Termasuk kesiapan sarana prasarana, SOP protokol kesehatan, hingga Sumber Daya Manusia (SDM).

“Jadi itu kita sudah siapkan lebih awal. Hari ini simulasi, jadi itu gambarannya secara umum,” kata Rachman.

Baca Juga: Protes Pekerja Malam di Surabaya Diwarnai Aksi Dugem dan 4 Berita Lainnya

Rachman menyatakan, jika nantinya SMPN 15 Surabaya diputuskan boleh melaksanakan PBM di sekolah, pihaknya akan menerapkan mekanisme kuota peserta didik 25 persen. Artinya, peserta didik kelas 7, 8 dan 9 masuk, tetapi jumlah kuotanya masing-masing 25 persen.

“Itu yang nanti kita tata sesuai dengan kapasitas yang ada di kelas,” imbuh dia.

Load More