Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Senin, 30 November 2020 | 12:41 WIB
Guguran lava pijar Gunung Semeru terlihat dari Desa Pranajiwo, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (4/3). [ANTARA FOTO/Umarul Faruq]

SuaraJatim.id - Gunung Semeru dilaporkan meletus pada 29 November 2020. Meski demikian, hal itu diklaim masih wajar dengan status level II (waspada) pada gunung berketinggian 3.676 mdpl tersebut.

Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Nia Haerani mengatakan, aktivitas letusan pada gunung berapi aktif dinilainya normal terjadi.

Berdasarkan catatan PVMBG, sepanjang 2020 paling panjang jarak luncur lava pijar sejauh 2,5 kilometer terjadi pada pada Mei 2020. Sementara yang terjadi kemarin lava pijar meluncur lebih pendek.

"Sedangkan kemarin (29/11/2020) itu jarak luncur (lava) 1 kilometer, relatif lebih pendek," ujarnya dihubungi suara.com, Senin (30/11/2020).

Baca Juga: Gunung Semeru Meletus, Pendakian Ditutup Total

Maka, lanjut dia, aktivitas vulkanis Gunung Semeru yang terpantau pada 29 November diklaim masih pada level aman.

"Levelnya tidak ada peningkatan aktivitas menuju ancaman bahaya lebih tinggi, sehingga levelnya tetap sesuai rekomendasi kami, yakni level II waspada," katanya.

Dijelaskan Nia, antara meletus atau letusan dengan erupsi itu memiliki pengertian sama. Erupsi merupakan istilah umum, yakni gejala atau fenomena adanya material dari perut bumi yang keluar ke permukaan melalui gunung api, bisa batuan, gas termasuk lava.

Letusan atau erupsi dibagi dua kategori, yakni efusif dan eksplosif. Efusif adalah keluarnya material namun tidak disertai letusan, atau meleleh saja. Sedangkan eksplosif, disertai letusan atau lontaran material.

"Semeru ada dua karakteristik (erupsi) itu," ujarnya menegaskan.

Baca Juga: Gunung Semeru Meletus Semburkan Lava 1.000 Meter

Terpisah, Sekretaris BPBD Kabupaten Malang Bagyo meminta masyarakat tetap tenang menyikapi aktivitas Gunung Semeru.

Bahwa memang ada guguran lava pijar yang berpotensi terjadinya Awan Panas Guguran (APG). Hal itu terjadi karena adanya lidah lava yang tidak stabil karena gravitasi.

"Namun sejauh ini radius APG masih aman karena jaraknya 1 kilometer, sedangkan pada status waspada jarak aman berada pada 4 kilometer," katanya menegaskan.

Meski masih relatif aman, lanjut Bagyo, masyarakat, khususnya penambang yang berada di sekitar DAS ( Daerah Aliran Sungai), mulai Sungai Besuk kobokan, Besuk kembar, Besuk bang, Besuk Sarat, agar selalu meningkatkan kewaspadaan yang tinggi.

"Karena bahaya bisa sewaktu-waktu terjadi," ujarnya.

Ia juga mengimbau agar masyarakat tak mudah menyimpulkan situasi dari informasi yang belum jelas.

"Harus bisa dibedakan antara kalimat Letusan dan Guguran sehingga tidak semata menyatakan dan menyimpulkan suatu tulisan. Agar selalu berkoordinasi dengan PVMBG untuk lebih jelasnya agar tidak terseret oleh sumber berita yang mengada-ada," ujarnya.

Kontributor : Aziz Ramadani

Load More