Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 28 Oktober 2021 | 08:16 WIB
Ilustrasi berdoa (pixbay)

Ayat 4: Wa laa ana ‘aabidum maa ‘abadtum.

Artinya, “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.”

Kata ‘abadtum merupakan bentuk kata kerja masa lampau. Berbeda dengan kata ta’budun pada ayat 2 yang merupakan fi’il mudhari’.

Perbedaan maa ta’buduun dan maa ‘abadtum ini menunjukkan bahwa apa yang mereka sembah di masa kini dan esok bisa berbeda dengan apa yang mereka sembah di masa kemarin. Sedangkan untuk Allah yang diibadahi Rasulullah, digunakan kata yang sama yakni maa a’bud. Menunjukkan konsistensi ibadah dan ketaatan hanya kepada Allah.

Baca Juga: Surat Al Kahfi Ayat 1-10: Manfaat dan Keutamaan Selamat dari Kiamat dan Dajjal

Ayat 5: Wa laa antum ‘aabiduuna maa a’bud.

Artinya, “dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.”

Sayyid Qutb mengatakan bahwa ayat ini merupakan penegasan terhadap ayat sebelumnya agar tidak ada lagi salah sangka dan kesamaran. Supaya tidak ada lagi prasangka dan syubhat.

Sedangkan Syaikh Muhammad Abduh mengatakan, ayat 2 dan ayat 3 menjelaskan perbedaan yang disembah. Sedangkan ayat 4 dan 5 menjelaskan perbedaan cara beribadah. Tegasnya, yang disembah lain, cara menyembah juga lain.

Ayat 6: Lakum diinukum waliya diin.

Baca Juga: Masjid Disegel Satpol PP, Ketua MUI Depok Minta Jemaat Ahmadiyah Segera Bertaubat

Artinya, “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Load More