Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Kamis, 16 Desember 2021 | 17:46 WIB
Farhan berada di rumahnya di Dusun Gadukan, Desa Glangang RT 5 RW 2 Kecamatan Duduksampeyan, Gresik, Jawa Timur. (istimewa)

SuaraJatim.id - Farhan bocah berusia 12 tahun itu masih menahan rasa sakit. Tangannya patah usai bermain bola di halaman sekolah.

Kini, selama proses penyembuhan, Farhan hanya bisa diam di rumahnya di Dusun Gadukan, Desa Glangang RT 5 RW 2 Kecamatan Duduksampeyan, Gresik, Jawa Timur.

Kisah hidup Farhan, ternyata memilki segudang cerita sedih. Anak yatim piatu itu pernah dijual bapaknya kepada orang lain, degan harga Rp 1 juta. Namun di lingkungan baru itu, Farhan tidak betah. Ia akhirnya memutuskan hidup bersama neneknya Kina (71).

Farhan dan neneknya, saat ini tinggal di rumah sepetak, di lahan milik desa, dengan lebar satu meter dengan panjang 5 meter. Rumah sempit itu, hanya terdiri dari satu ruangan. Di dalamya kamar tidur menyatu dengan dapur. Sedangkan toiletnya berada di luar rumah.

Baca Juga: Inovasi pada Mesin Pengemasan, Semen Gresik Perkuat Komitmen Industri Hijau

Nenek Kina yang sudah berusia senja tidak punya penghasilan. Praktis kesehariannya mengharap belas kasihan para tetangga. Untungnya biaya sekolah Farhan gratis. Jadi kebutuhan pendidikan bisa teratasi.

Guru MI Almunawaroh, Ida Rusdiana, mengatakan kalau sejak dilahirkan Farhan kerap dirundung sedih. Saat lahir, ibunya meninggal dunia. Kemudian pada usia 9 tahun, bapaknya yang sopir mengalami kecelakaan dan meninggal.

"Sejak kecil sudah jadi yatim piatu, kasihan," ujarnya, Kamis (16/12/2021).

Diceritakan Ida, jika saat Farhan kecil, sempat diajak bapaknya ke Surabaya. Entah karena kondisi ekonomi yang sedang mendesak, Farhan sempat dijual ke orang Mojokerto.

Ironisnya, Farhan yang masih sangat kecil dijual denhan seharga Rp 1 juta. Namun, setelah empat bulan baru diambil nenek kandungnya, Kina. Setelah itu Farhan akhirnya tinggal bersama neneknya.

Baca Juga: Polisi Membeberkan Hasil Autopsi Kematian Pelajar Gresik

"Empat bulan itu Farhan tidak kerasan," ungkap Ida Rusdiana yang warga Tumapel itu.

Nasib pilu Farhan tidak kunjunga berhenti. Bekalangan ini tangannya patah karena bermaian sepak bola di halaman MI Almunawaroh.

Tentu saja, Kina neneknya yang tidak bekerja tidak bisa membiaya pengobatan. Beruntungnya, Ida yang merasa kasihan mau membantunya.

"Untungnya semua proses lancar dan dimudahkan," ujar Ida menjelaskan.

Saat ini, lanjut Ida yang dipikirkan, Farhan kelak besar mendapatkan hidup layak. Memang secara akademis tergolong tengah-tengah. Namun, masih bisa diasah lagi. 

"Saat ini menempati rumah sepetak dan dilahan desa. Saya hanya berharap dia tidak lagi kesehariannya mengharap belas iba tetangga," katanya.

Kontributor : Amin Alamsyah

Load More