SuaraJatim.id - Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di lembaga pendidikan, maupun pesantren di Jawa Timur (Jatim) akhir-akhir ini menuai keprihatinan dari berbagai pihak. Terlebih, pelaku pelecehan seksual ini merupakan tokoh di lembaga pendidikan itu sendiri.
Mirisnya lagi, korban pelecehan seksual ini tak hanya satu orang. Bahkan, kebanyakan mereka yang menjadi korban, masih berusia di bawah umur saat pelecehan seksual itu terjadi. Sehingga tidak banyak dari para korban ini yang mau untuk speak up meski sudah menjadi korban.
Misalnya, kasus pelecehan dengan tersangka Moch Subechi Azal Tsani (MSAT), putra seorang kiai ternama di Kabupaten Jombang KH. Muhammad Muhtar Mu'thi. Mas Bechi panggilan gaul MSAT, merupakan tokoh di Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyah, di Desa Losari, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang.
Dari sederet para korban, hanya satu orang yang berani melaporkan aksi pelecehan seksual yang diterima para santriwati itu ke pihak kepolisian. Padahal, berdasarkan informasi dan hasil pemeriksaan polisi, Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta menyatakan, ada lima santriwati yang diduga menjadi korban pelampiasan syahwat Mas Bechi.
Mas Bechi sendiri saat ini sudah dijebloskan ke Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Klas IA Surabaya di Medaeng, Sidoarjo. Meski polisi membutuhkan waktu 3 tahun lebih untuk bisa meringkusnya. Mas Bechi akhirnya diamankan melalui proses pengepungan yang selama kurun waktu 15 jam.
Kasus serupa juga terjadi terjadi di salah satu pesantren di Kabupaten Banyuwangi, Jatim. Sebanyak enam orang santri dilaporkan menjadi korban dalam peristiwa pelecehan seksual ini. Polisi kemudian menetapkan FZ, selaku pengasuh pesantren sebagai tersangka dalam kasus pelecehan seksual ini.
FZ dapat diamankan polisi setelah melalui proses pengejaran yang juga tak kalah pelik. Lantaran, sebelum ditangkap, FZ sudah terlebih dulu kabur. Akan tetapi pelarian FZ itupun berakhir setelah polisi mencokoknya saat berada di sebuah rumah di wilayah Lampung, pekan lalu.
Sedangkan peristiwa ketiga yang juga menyita perhatian publik yakni aksi pelecehan seksual dengan tersangka Julianto Eka Putra (JEP), seorang motivator yang juga petinggi di sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) di Kota Batu. Korbannya, mayoritas merupakan alumni di SPI.
Mereka diduga mengalami tindakan pelecehan seksual sejak tahun 2009. Ko Jul sapaan Julianto Eka Putra, kini sudah diamankan tim Polda Jatim di rumahnya di Kawasan Citraland, Surabaya. Saat ini, Julianto sudah dijebloskan ke sel tahanan Lapas Lowokwaru, Malang.
Baca Juga: Diduga Komplotan Penipuan Jadi Bulan-bulanan Warga Jombang
Banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi di lingkup lembaga pendidikan maupun pesantren ini sangat disayangkan para tokoh masyarakat. Salah satunya pengasuh pesantren putri, Pesantren Tebuireng Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadziq atau yang akrab disapa Gus Fahmi.
"Belajar dari maraknya kekerasan seksual terjadi di pesantren maupun lembaga pendidikan ini, seyogyanya menjadi bahan evaluasi bagi para wali santri atau orang tua. Sebelumnya (orang tua) harus mengetahui betul pendidikan maupun latar belakang dari pesantren yang dituju," kata Gus Fahmi, kepada Suara.com, Rabu (13/7/2022).
Menurut Gus Fahmi, penting bagi para orang tua untuk memahami seluk beluk lembaga pendidikan sebelum memasukan anak-anaknya. Itu tak lain untuk memastikan pola pendidikan serta keamanan bagi anak-anak yang nantinya akan mengenyam pendidikan di lembaga tersebut.
"Misalnya memilih lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan organisasi masyarakat, seperti NU (Nahdlatul Ulama) atau Muhammadiyah. Saya yakin kalau sudah di situ, kemungkinan besar santri yang dititipkan akan belajar dengan nyaman dan aman. Kalau di luar itu, Wallahu A'lam," ungkap Gus Fahmi.
Selain itu, tingginya tindakan pelecehan seksual di lembaga pendidikan ini harus menjadi cermin bagi para pemangku kebijakan, baik Kementrian Agama (Kemenag) maupun Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk melakukan evaluasi. Sehingga lebih selektif dalam mengeluarkan izin.
"Kemenag atau pemerintah bisa lebih selektif dalam memberikan izin operasional pesantren. Bisa ditelusuri dulu, jangan asal mengeluarkan (izin operasional lembaga pendidikan)," ucap cucu KH. Hasyim Asy'ari ini.
Berita Terkait
-
Diduga Komplotan Penipuan Jadi Bulan-bulanan Warga Jombang
-
AJI Yogyakarta dan Solo Kecam Pelecehan Seksual Jurnalis di Stadion Maguwoharjo
-
Riswan Curi Speaker Masjid karena Tak Makan 2 Hari dan Ibunya Sakit, Kapolres Jombang Pilih Membebaskannya
-
Izin Batal Dicabut, Ponpes Shiddiqiyyah Jombang Bisa Beraktivitas Kembali Seperti Sedia Kala
-
Izin Operasional Ponpes Shiddiqiyah Jombang Batal Dicabut, Ini Alasannya
Terpopuler
- Tahta Bambang Pacul di Jateng Runtuh Usai 'Sentilan' Pedas Megawati
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
- 5 Sepatu Onitsuka Tiger Terbaik untuk Jalan Kaki Seharian: Anti Pegal dan Tetap Stylish
- Bukan Dean Zandbergen, Penyerang Keturunan Ini akan Dampingi Miliano Jonathans di Timnas Indonesia?
- Elkan Baggott Curhat ke Jordi Amat: Saya Harus Seperti Apa?
Pilihan
-
Krisis Pasokan Gas Murah Hantam Industri, Menko Airlangga Buka Suara Usai Pelaku Usaha Teriak PHK!
-
Target Penerimaan Bea Cukai Rp334 Triliun di 2026, Para 'Ngudud' Jadi Tulang Punggung
-
Menko Airlangga: Tidak Ada Negara yang Bisa Tumbuh Konsisten di 5 Persen
-
Anggaran MBG vs BPJS Kesehatan: Analisis Alokasi Jumbo Pemerintah di RAPBN 2026
-
Sri Mulyani Disebut Pihak yang Restui Tunjangan Rumah DPR Rp50 Juta Per Bulan
Terkini
-
Bansos Berujung Judi Online? DPRD Jatim Desak Sanksi Berat untuk Penerima Nakal
-
Dana Transfer Dipangkas, DPRD Jatim Beri Peringatan Keras
-
Apresiasi pada Paskibraka Nasional, BRI: Dukungan terhadap Dedikasi dan Kedisiplinan
-
Bella Anjani Mahasiswi IKADO Surabaya Dorong Generasi Z LAWAN 'Narsisme' dengan Buku Ilustrasi
-
Niat Sholat Rebo Wekasan di Bulan Safar, Amalan Tolak Bala Beserta Pandangan Ulama